Jumat 20 Jun 2025 19:28 WIB

Nabi yang Dihormati Kaum Yahudi Ini Ingin Jadi Umat Rasulullah

Sang nabi mengetahui berbagai keutamaan yang ada pada umatnya Rasulullah SAW.

Nabi Musa (ilustrasi)
Foto: dok wiki
Nabi Musa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ka’ab al-Ahbar adalah seorang alim dari generasi tabiin. Mulanya, ia beragama Yahudi, tetapi kemudian memeluk Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab. Sejak menjadi Muslim, dirinya menetap di Madinah.

Pada suatu ketika, Ka’ab al-Ahbar menjumpai seorang pendeta Yahudi yang sedang menangis.

Baca Juga

“Mengapa engkau bersedih?” tanya Ka’ab kepadanya.

Awalnya, pendeta itu enggan mengungkapkan alasannya berurai air mata. Namun, setelah Ka’ab berupaya meyakinkan lelaki itu, sang ahli agama Yahudi tersebut menjelaskan keadaan dirinya.

Pendeta itu ternyata baru saja merenungi suatu kisah yang dialami Nabi Musa AS tatkala sedang membaca Taurat.

Nabi yang adalah saudara Harun AS itu menyampaikan permintaannya kepada Allah SWT. Itu dilakukannya usai mendaras Taurat.

“Ya Tuhanku," pinta Nabi Musa, "aku mendapatkan dalam alwaah, terdapat suatu umat yang bisa memberikan syafaat dan syafaat mereka akan diterima. Kumohon jadikanlah mereka itu umatku.”

“Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah SWT.

“Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan (dalam alwaah), terdapat umat yang mereka dapat menebus dosa dengan cukup melaksanakan shalat lima waktu. Kumohon, jadikanlah mereka itu umatku,” Nabi Musa AS bermohon.

“Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah Ta'ala.

“Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan (dalam alwaah), ada umat yang akan membasmi kesesatan, sampai-sampai mereka akan membunuh Dajjal, si yang bermata satu. Jadikanlah mereka umatku,” pinta Nabi Musa AS.

“Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah kemudian.

Demikianlah. Nabi Musa AS terus-menerus memohon dan meminta. Berturut-turut disebutkannya tentang sifat suatu umat yang gemar bersuci dengan air dan tanah; umat yang boleh menerima harta rampasan perang. Padahal, dalam syariat Nabi Musa, harta ghanimah mesti dikumpulkan untuk kemudian turun api dari langit untuk membakarnya. Begitu pula, Nabi Musa terkesan lantaran Taurat mengabarkan adanya umat yang mengalami pelipatgandaan pahala.

Taurat menjelaskan secara terperinci. Bila menjadi bagian dari umat itu, seseorang yang baru berniat mengerjakan kebaikan—belum sampai melaksanakannya—maka niatnya itu akan dicatat oleh malaikat sebagai satu pahala kebaikan.

Bila niat baik itu dilaksanakan, maka pahala bagi orang itu menjadi 10 hingga 700 kali lipat atau bahkan lebih. Kalau orang tadi berniat kejahatan, maka tidak ditulis apa-apa baginya. Jika niat jahat itu dilakukan, maka malaikat mencatat untuknya hanya satu kejahatan. Maka, Nabi Musa AS kembali memohon kepada Rabbnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement