REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menyampaikan bahwa seseorang bisa melaksanakan ibadah dengan baik, karena karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Tapi Syekh Ibnu Athaillah mengingatkan, seorang hamba jangan sombong atau bangga dengan karunia yang tidak jelas hasilnya dalam kehidupan sehari-hari.
"Jangan anda membanggakan karunia yang tidak jelas hasilnya. Tujuan awan bukanlah hujan akan tetapi tujuannya adalah tumbuhnya buah-buahan." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Jikalau anda merasa khusyuk dalam beribadah, namun hasilnya tidak kelihatan sedikit pun dalam diri dan kehidupan anda sehari-hari. Maka itu sama sekali tidak ada artinya. Apalah arti ibadah yang khusyuk jika anda masih menyakiti orang lain, merugikan orang lain, berbuat tidak adil, mencuri, mencela orang lain, berjudi, berzina, dan lain sebagainya.
Kekhusyukan yang hakiki adalah yang mampu membuat anda merasakan lezatnya ibadah. Kemudian, anda merasakan efeknya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perubahan akhlak yang fundamental, dikutip dari kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam DA Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya.
Jika selama ini anda suka menghina orang lain maka anda akan meninggalkannya dan merasa sangat berdosa, jika tanpa sengaja masih melakukannya.
Ibarat hujan, ketika anda memperhatikan awan maka ketahuilah bahwa keberadaannya bukanlah bertujuan semata-mata untuk turun hujan. Lebih dari itu, hujan bertujuan agar
tumbuh-tumbuhan mendapatkan siraman air dan asupan nutrisi sehingga bisa mengeluarkan buah-buahan yang akan dinikmati oleh manusia.
Begitu juga halnya dengan khusyuk dalam beribadah. Khusyuk bukanlah tujuan, walaupun memang dibutuhkan dalam ibadah. Namun, poin paling penting adalah buahnya, yaitu akhlak yang baik yang bisa bermanfaat bagi kebaikan diri sendiri dan manusia lain.