REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Mayoritas warga Yahudi Israel mendukung pembersihan etnis di Gaza, sejalan dengan pemerintah ekstremis Netanyahu yang telah bersumpah untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Sebuah jajak pendapat online terhadap lebih dari 1.000 orang menemukan bahwa 82 persen mendukung deportasi paksa terhadap 2,2 juta penduduk Gaza.
Dikutip Thenewarab, Kamis (29/5/2025), survei ini dilakukan pada pekan pertama Maret oleh perusahaan jajak pendapat Israel, Geocartography, atas nama Penn State University.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan tingkat permusuhan yang tinggi terhadap warga Arab Israel, dengan lebih dari separuh (56 persen) responden menyuarakan dukungan untuk mendeportasi 2 juta warga Arab yang memegang kewarganegaraan Israel.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, sejumlah besar orang menyatakan dukungannya untuk melakukan genosida terhadap Palestina, dengan hampir setengah dari mereka yang disurvei setuju bahwa militer Israel harus memperagakan kembali kisah perebutan Yerikho oleh Israel.
Pertanyaan survei mengacu pada kisah Alkitab ketika tentara Yosua dikatakan telah membunuh setiap pria, wanita dan anak-anak setelah merebut kota.
Pertanyaan itu berbunyi: "Apakah Anda mendukung atau menentang klaim bahwa IDF, ketika menaklukkan sebuah kota musuh, harus bertindak dengan cara yang mirip dengan cara orang Israel bertindak ketika mereka menaklukkan Yerikho di bawah kepemimpinan Yosua, yaitu membunuh semua penduduknya?"
Para menteri Israel dalam beberapa bulan terakhir telah mengadvokasi migrasi "sukarela" warga Palestina dari Gaza, yang didukung oleh presiden AS Donald Trump yang menyuarakan ambisi untuk pengambilalihan wilayah tersebut oleh AS dan pengusiran penduduknya.
BACA JUGA: Ketika Mantel Angin Gagal Total Lindungi Tank Israel dari Senjata Pejuang Gaza
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah membentuk sebuah badan militer yang didedikasikan untuk mempercepat perpindahan mereka.
Pemerintah bersumpah pada awal bulan ini untuk "menaklukkan" dan menduduki seluruh Jalur Gaza dalam sebuah serangan darat yang diberi nama sandi "Kereta Gideon".
Sejak saat itu, Israel mengeluarkan sejumlah perintah pengungsian baru dan merebut lebih banyak wilayah, membuat ratusan ribu orang mengungsi dan mendorong mereka ke sudut-sudut wilayah yang semakin kecil.
View this post on Instagram