
Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Berbeda dengan 2024, dalam musim haji 2025 ini, pelayanan haji Indonesia dilayani oleh delapan syarikah. Kehadiran delapan syarikah itu bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan haji sehingga jamaah bisa mendapatkan pelayanan secara maksimal saat di Tanah Suci.
Hanya saja, kehadiran delapan syarikah ini memicu polemik terkait dengan koordinasi dan komunikasi yang belum lancar. Di antara persoalan itu di antaranya seperti pembagian penginapan berdasarkan syarikah. Artinya, mereka yang berada di satu kloter ketika tiba di Madinah, maka bisa berbeda penginapan saat berada di Makkah.
"Idealnya memang satu kloter itu ditangani oleh satu syarikah penyedia layanan," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Hanafi, saat memberikan keterangan pers di Makkah, Senin (11/5/2025).
Hanya saja, kata ia, karena ada sejumlah dinamika teknis menjelang keberangkatan seperti keterlambatan visa, perubahan manifest keberangkatan, serta sinkronisasi data penerbangan, maka ada beberapa klotter dengan jamaah yang berasal lebih dari satu syarikat. "Ini tidak bisa dihindari," ujarnya.
Menurut Muchlis, saat jamaah gelombang pertama tiba di Madinah sejak 2 Mei, penempatan hotel dilakukan berdasarkan susunan kloter yang berisi campuran jamaah dari beberapa syarikah. "Jadi sesuai dengan kedatangan mereka dari Indonesia, itu di Madinah. Jadi pendekatannya kalau di Madinah itu bukan pengelompokan berdasarkan syarikah," ujarnya.
Ini dilakukan untuk menjaga kejamanan jamaah. Meskipun, ia mengakui ini menjadi tantangan tersendiri buat syarikah dalam memberikan layanan. "Alhamdulillah sampai 11 hari operasional kedatangan jamaah di Madinah, tantangan ini dapat termitigasi secara perlahan, terurai masalahnya," kata Muchlis yang juga menjabat sebagai Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama.
Jamaah dapat menerima layanan dasar seperti transportasi dari bandara ke hotel, konsumsi, bimbingan ibadah termasuk ke Raudhoh dan distribusi nusuk. "Itu juga terlayani. Walaupun ada beberapa hal terkait dengan distribusi nusuk yang masih menjadi kendala," ujarnya.
Kemudian, ketika sudah diberangkatkan dari Madinah dan masuk ke Makkah, maka pelayanan mulai dilakukan berdasarkan syarikah, termasuk hotel. Pelayanan tidak dilakukan dilakukan berdasarkan kloter. Ini adalah kebijakan resmi Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi dan berlaku untuk seluruh negara pengirim jamaah, termasuk Indonesia. Pelayanan berbasis syarikah ini yang membuat jamaah satu kloter bisa berbeda penginapan.
"Sejak 2022, kita tahu sistem layanan haji itu mengalami transformasi, dari yang sebelumnya berbasis kawasan geografis, menjadi berbasis perusahaan profesional atau syarikah itu," jelasnya.
Penataan berbasis syarikah ini, kata Muchlis, bertujuan untuk memudahkan pengendalian layanan oleh syarikat sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap jamaah. "Jadi syarikah itu seperti kafilnya para jamaah," katanya menjelaskan.
Kemudian sistem ini juga memastikan tanggung jawab layanan itu lebih terfokus, profesional oleh perusahaannya. Selain itu juga dapat memperjelas sistem koordinasi pelaporan, terutama syarikah kepada kementerian haji dan otoritas tempat. "Dan kalau ada terjadi apa-apa, itu responsnya di lapangan juga bisa dilakukan oleh syarikat yang menggaransi jamaah," jelasnya.
Dia mengatakan layanan berbasis syarikah ini juga bertujuan untuk memastikan jamaah itu dilayani secara optimal saat puncak haji di Arofah, Muzdalifah, dan Mina. Baik layanan transportasi saat dari Makkah ke Arafah, kemudian Arafah ke Muzdalifah dan Muzdalifah ke Mina. Pun terkait dengan konsumsinya selama di Masyair. "Kemudian tendanya, pergeseran, pergerakan jamaah dari satu titik ke titik lainnya," ujarnya. Indonesia, kata Muchlis, mendukung penuh kebijakan Saudi dalam menerapkan skema ini untuk kepentingan pelayanan haji.
Kepulangan bersama
Adapun untuk kepulangan seluruh jamaah akan tetap menggunakan format kloter sebagaimana saat kedatangan. Mereka yang berbeda penginapan di Makkah akan dikumpulkan kembali.
Skema kepulangan berbasis kloter ini, menurut Muchlis, penting untuk menjaga integrasi data imigrasi dan manifest. Kemudian tiket pulang juga sudah disediakan.
"Ini juga penting untuk memastikan kelancaran proses saat check-in, saat penerbangan, dan seterusnya," ujarnya.
Selain itu, ia berharap dengan pengembalian kloter ini akan memberikan kenyamanan kepada jamaah, Terutama mereka yang sejak awal itu berangkat dalam satu rombongan. "Jadi kalau pulang bareng itu kan secara psikologis mereka bisa lebih nyaman lagi bawa oleh-olehnya pulang bersama-sama, gitu ya. Mudah-mudahan kembali ceria dengan senyumannya, ujarnya.