REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tim penyelamat dan petugas medis Gaza mengatakan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 53 orang pada Kamis (25/4/2025). Sementara militer baru mengeluarkan perintah evakuasi menjelang serangan yang direncanakan.
Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret, setelah gagalnya gencatan senjata selama dua bulan yang telah menghentikan sementara pertempuran di wilayah Palestina yang diblokade tersebut.
Kepala Angkatan Darat Israel, yang mengunjungi pasukan di Gaza pada hari Kamis, mengancam akan melancarkan serangan “yang lebih besar” di Gaza jika para sandera yang ditawan dalam serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 di Israel tidak dibebaskan.
“Jika kami tidak melihat perkembangan dalam pengembalian para sandera dalam waktu dekat, kami akan memperluas kegiatan kami ke operasi yang lebih besar dan lebih signifikan,” kata Letnan Jenderal Eyal Zamir.
Enam anggota dalam satu keluarga, yakni sepasang suami istri dan empat anak meninggal ketika serangan udara menghancurkan rumah mereka di Kota Gaza utara. Nidal al-Sarafiti, seorang kerabat, mengatakan serangan itu terjadi saat keluarga itu sedang tidur.
"Apa yang bisa saya katakan? Kehancuran itu tidak menyisakan siapa pun," katanya kepada AFP.
Sembilan orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan lain di bekas kantor polisi di wilayah Jabalia di Gaza utara, menurut sebuah pernyataan dari rumah sakit Indonesia, tempat para korban dibawa. "Semua orang mulai berlarian dan berteriak, tidak tahu harus berbuat apa karena kengerian dan parahnya pemboman itu," kata Abdel Qader Sabah, 23 tahun, dari Jabalia.
Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang "pusat komando dan kendali" Hamas di daerah Jabalia. Dalam serangan mematikan lainnya, jenazah 12 orang ditemukan setelah rumah keluarga Haji Ali, juga di Jabalia, diserang.
Sementara 26 orang lainnya meninggql dalam serangan di seluruh wilayah, petugas medis dan badan pertahanan sipil melaporkan. Mereka datang saat militer Israel memerintahkan warga Palestina yang tinggal di daerah utara Beit Hanoun dan Sheikh Zayed untuk mengungsi sebelum serangan.
"Karena aktivitas teroris yang sedang berlangsung dan tembakan penembak jitu terhadap pasukan IDF di daerah tersebut, IDF beroperasi secara intensif di daerah tersebut," kata juru bicara militer Avichay Adraee pada X.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa perintah evakuasi Israel yang meluas di seluruh Gaza mengakibatkan "pemindahan paksa" orang-orang ke daerah-daerah yang terus menyusut. Badan-badan bantuan memperkirakan bahwa sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya sekali sejak perang dimulai.
Setelah serangan di Khan Yunis, rekaman AFP menunjukkan mayat-mayat di tanah, termasuk seorang wanita muda dan seorang anak laki-laki di dalam kantong mayat, dikelilingi oleh kerabat yang berduka yang mencium dan membelai wajah mereka.
"Satu per satu kami menjadi martir, mati berkeping-keping," kata Rania al-Jumla yang kehilangan saudara perempuannya dalam serangan lain di Khan Yunis.
Sejak Israel melanjutkan operasi militernya, setidaknya 1.978 orang telah tewas di Gaza, meningkatkan jumlah korban meninggql secara keseluruhan menjadi setidaknya 51.355 sejak perang dimulai, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.