Jumat 18 Apr 2025 08:04 WIB

Kisah Gubernur Teladan

Khalifah Umar menunjuk Said bin Amir al-Jumahi sebagai gubernur Syam.

Ilustrasi Sahabat Nabi.
Foto: Republika
Ilustrasi Sahabat Nabi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai amirul mukminin, Khalifah Umar bin Khattab sangat ketat dalam memilih gubernur-gubernur yang akan memimpin tiap daerah. Waktu itu, sahabat yang berjulukan al-Faruq ini cukup lama memikirkan, siapa sosok yang pantas menjadi wali di Syam.

Daerah tersebut agak berbeda dengan yang lain-lain. Sebab, masyarakat setempat memiliki watak yang kritis. Beberapa abad sebelum kedatangan Islam, Syam telah menikmati hasil peradaban yang tinggi dan lebih dinamis ketimbang Jazirah Arab.

Baca Juga

Dalam pandangan al-Faruq, pemimpin Syam haruslah pribadi yang bijaksana, saleh, dan zuhud. Pilihannya pun jatuh pada Said bin Amir al-Jumahi.

Sesungguhnya, Said sempat menolak. Namun, dengan nada keras Umar berkata kepadanya, “Demi Allah, aku tidak akan membiarkanmu menolak. Apakah kalian suruh aku untuk memikul amanah sebagai khilafah ini kemudian kalian tinggalkan aku begitu saja seorang diri!?”

Akhirnya, Said mengalah. Ia bersedia menjadi wali negeri Syam.

Kira-kira setahun kemudian, Umar ingin meninjau kondisi provinsi tersebut di bawah kepemimpinan sang sahabat Nabi SAW yang zuhud. Sesampainya di Syam, ia mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat lokal.

Mereka semua kompak mengatakan, kepemimpinan Said bin Amir al-Jumahi baik. Mendengar itu, sang amirul mukminin tersenyum lega.

“Wahai khalifah! Kami tidak mempermasalahkan sosok gubernur kami, kecuali pada empat hal,” kata seorang perwakilan.

Senyum yang tadi sempat ada di wajah Umar, seketika lenyap.

“Apa saja itu?” tanya sahabat Rasul SAW yang terkenal berwatak keras tersebut.

“Pertama, Said selalu datang untuk bekerja tidak sejak pagi hari. Kedua, pada malam hari dirinya tidak pernah mau menerima tamu. Ketiga, satu hari dalam sebulan selalu dirinya tidak menemui masyarakat. Terakhir, kadang kala ia jatuh pingsan,” jelas si tokoh Syam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Setelah pamit dari forum itu, Umar tidak langsung pulang ke Madinah. Ia sangat penasaran dengan kebenaran atau klarifikasi Said atas informasi tersebut. Maka, ia pun mendatangi rumah sang gubernur Syam.

Setibanya di tujuan, Umar disambut hangat oleh Said. Keduanya lalu saling berucap dan membalas salam, lalu menanyakan kabar. Lantas, sang tamu menanyakan perihal yang ingin diketahuinya.

“Benarkah apa yang dikatakan tokoh lokal itu tentangmu?” tanya Umar.

Said menjawab tentang alasannya, tidak dapat melayani warga pada pagi hari. Sebab, dirinya tidak memiliki pembantu. Jadi, semua pekerjaan rumah harus dikerjakannya terlebih dahulu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement