Rabu 09 Apr 2025 20:41 WIB

211 Wartawan Dibunuh Israel di Gaza

Mereka dibunuh Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Warga Palestina menshalati jurnalis Helmi al-Faq
Foto: X
Warga Palestina menshalati jurnalis Helmi al-Faq

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Kantor Media Pemerintah Gaza telah menyerukan intervensi internasional yang mendesak terkait genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. Seruan ini menyusul wafatnya jurnalis Ahmed Mansour yang menderita luka bakar parah setelah serangan udara Israel menargetkan tenda para jurnalis di Khan Younis pada Selasa (8/4/2025) pagi.

Wafatnya Ahmed Mansour menandai jumlah jurnalis yang wafat sebanyak 211 orang. Mereka dibunuh Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

Baca Juga

"Kami menyerukan kepada Federasi Jurnalis Internasional, Federasi Jurnalis Arab, dan semua badan jurnalistik di semua negara di dunia untuk mengutuk kejahatan sistematis terhadap jurnalis Palestina dan profesional media di Jalur Gaza,” kata Kantor Media Pemerintah Gaza, dikutip dari Days of Palestine, Rabu (9/4/2025)

Ahmed Mansour meninggal pada waktu fajar akibat luka-luka yang dideritanya oleh pengeboman yang dilakukan Israel pada Senin lalu di dekat Kompleks Medis Nasser, yang juga merenggut nyawa sesama jurnalis, Hilmi al-Faqawi dan Youssef al-Khazandar.

Rekaman mengejutkan dari serangan tersebut beredar luas di media sosial, menunjukkan Mansour dilalap api saat tenda terbakar.

Beberapa jurnalis lainnya juga terluka dalam serangan tersebut, termasuk Hassan Isleih, Ahmed al-Agha, Mohammed Fayek, Abdullah al-Attar, Ihab al-Bardini, Mahmoud Awad, Majed Qdeih, dan Ali Isleih.

Kantor Media Pemerintah Gaza menekankan bahwa jumlah 211 kematian jurnalis adalah yang tertinggi yang pernah tercatat secara global sejak dimulainya pemantauan kematian jurnalis pada tahun 1992. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya adalah jurnalis perempuan.

Mayoritas dari para jurnalis yang dibunuh Israel disebabkan serangan udara yang dilakukan oleh drone pengintai atau pesawat tempur Israel. Lainnya ditembak oleh penembak jitu atau dibunuh dalam operasi yang ditargetkan di rumah mereka. 

Kantor Media tersebut menekankan bahwa banyak jurnalis dibunuh ketika menjalankan tugas jurnalistik mereka atau selama pengeboman tanpa pandang bulu selama perang genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Setidaknya ada 185 jurnalis yang terluka dalam berbagai serangan Israel selain korban wafat. Para aktivis media sosial juga berada di bawah ancaman, dengan banyak yang dilaporkan menjadi target dan diperingatkan untuk tetap diam atau menghadapi kematian.

Pernyataan tersebut mengaitkan penargetan pekerja media dengan apa yang digambarkan sebagai “kampanye genosida yang lebih luas” di Gaza, di mana sedikitnya 15 jurnalis telah dibunuh Israel pada tahun 2025 saja.

Militer Israel memperbarui serangannya ke Jalur Gaza pada 18 Maret 2025, menghancurkan gencatan senjata singkat dan kesepakatan pertukaran tahanan yang dicapai pada bulan Januari. Sejak saat itu, hampir 1.400 orang telah dibunuh Israel dan lebih dari 3.400 lainnya terluka dalam serangan yang semakin intensif.

Pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk meningkatkan serangan lebih lanjut, sejalan dengan upaya untuk mengimplementasikan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk secara paksa memindahkan warga Palestina dari Gaza.

Hal ini terjadi di tengah-tengah bencana kemanusiaan yang lebih besar. Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, lebih dari 50.700 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, telah dibunuh Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement