REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menunaikan zakat adalah salah satu rukun Islam. Dalam Alquran, amalan ini kadang kala disebut sebagai sedekah (shadaqah).
Bahkan, Imam al-Mawardi (972-1058) berkata, "Sedekah adalah zakat. Zakat adalah sedekah. Keduanya adalah nama untuk hal yang sama" (lihat Al-Ahkam as-Sultaniyah, Bab 11).
Mengapa zakat disebut sebagai sedekah? Penjelasan terkait ini dapat ditemukan dalam buku Fiqh Az-Zakah karya Syekh Yusuf al-Qaradhawi.
Allah SWT berfirman:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ
"Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka" (QS at-Taubah [9]: 103).
Dalam surah yang sama, Allah SWT juga berfirman:
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّلْمِزُكَ فِى الصَّدَقٰتِۚ
"Di antara mereka ada yang mencela engkau (Nabi Muhammad) dalam hal (pembagian) sedekah-sedekah (zakat atau rampasan perang)" (QS at-Taubah [9]: 58).
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin ..." (QS at-Taubah [9]: 60).
Semua ayat di atas berbicara tentang zakat dengan menggunakan kata sedekah. Bahkan, pihak pemungut dan penyalur zakat juga disebut sebagai mushaddiq.
Dalam sejarah Islam, istilah sedekah cenderung digunakan untuk merujuk pada amalan menyumbang secara suka rela. Sasaran sumbangan itu ialah, antara lain, para pengemis atau orang miskin.
Akar kata sedekah (shadaqah) adalah shidq. Hakim Abu Bakar bin al-Arabi menjelaskan perihal penyebutan sedekah sebagai zakat dalam Alquran itu sebagai berikut:
View this post on Instagram