REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Israel dibiarkan membunuh warga Gaza meski sudah menyepakati perjanjian gencatan senjata. Di bawah komando Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, zionis memobilisasi kekuatan militernya untuk melanggar segala aturan dan menginjak-injak kemanusiaan di Palestina, baik Gaza maupun Tepi Barat.
Meski demikian, bukannya dihukum, Israel justru didukung oleh negara super power Amerika yang kini dipimpin Donald Trump. Presiden dari Partai Republik itu mengutarakan keinginannya yang kuat untuk segera menghentikan perang di Jalur Gaza. Trump menggarisbawahi upaya aktif Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang baru.
Berbicara pada konferensi pers bersama di Ruang Oval bersama Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan bahwa kontrol dan kepemilikan Israel atas Jalur Gaza berpotensi memberikan hasil yang positif.
Trump juga menyoroti dukungan keuangan AS yang cukup besar untuk Israel.
"Sekarang, jangan lupa bahwa kita banyak membantu Israel. Anda tahu, kami memberi Israel 4 miliar dolar AS (Rp 67,43 Triliun) per tahun. Itu sangat banyak,” kata Trump, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Selasa (8/4/2025)
Pernyataan Trump tentang Gaza termasuk pernyataannya bahwa menguasai dan memiliki Jalur Gaza akan menjadi langkah positif.
Trump mengulangi klaimnya tentang kemampuan pesawat tak berawak Ansarallah dan tanggapan AS.
Trump menegaskan kembali visinya untuk Jalur Gaza, menggambarkannya sebagai real estat yang penting dan menyarankan agar AS harus melakukan kontrol atas wilayah tersebut.
Dia mengusulkan agar pasukan perdamaian Amerika memerintah Gaza setelah pembersihan etnis Palestina.
Selain itu, Trump juga menyinggung tentang meningkatnya ketegangan di Laut Merah, dan mengklaim bahwa militer AS telah mengambil tindakan tegas terhadap pengembangan teknologi pesawat tak berawak canggih Ansarallah, yang menyebabkan kerusakan yang signifikan.