REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK -- Hujan mempersulit operasi penyelamatan dan pemulihan gempa Myanmar. Lembaga-lembaga bantuan mengatakan hujan juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.
Kepala Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB Tom Fletcher mengatakan semakin banyak tenda yang dibutuhkan untuk menampung warga yang kehilangan rumah mereka. Kantor berita pemerintah Myanmar total korban jiwa gempa 28 Maret lalu menjadi 3.371 orang, dengan 4.671 orang terluka dan 214 orang masih dinyatakan hilang.
Lembaga-lembaga bantuan memperingatkan hujan dan gelombang panas dapat menimbulkan wabah penyakit termasuk kolera di tempat penampungan sementara korban gempa.
Di media sosial X, Fletcher mengatakan banyak keluarga yang tidur di depan reruntuhan rumah mereka sementara jenazah-jenazah anggota keluarga mereka dikeluarkan dari puing-puing.
"Kami membutuhkan lebih banyak tenda dan harapan bagi penyintas saat mereka membangun kehidupan mereka hanya hancur," kata Fletcher.
Ia menambahkan koordinasi aksi yang kuat merupakan kunci untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin. Negara-negara Myanmar seperti Cina, India dan sejumlah negara Asia Tenggara termasuk Indonesia sudah mengirimkan bantuan kemanusiaan dan tim penyelamat untuk membantu upaya pemulihan di daerah terdampak gempa.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan pendonor bantuan kemanusiaan terbesar di dunia berjanji menggelontorkan bantuan setidaknya senilai 9 juta dolar AS ke masyarakat terdampak gempa di Myanmar.
Tapi sejumlah mantan pejabat program bantuan kemanusiaan AS mengatakan pemangkasan anggaran yang dilakukan pemerintah Presiden Donald Trump akan mempengaruhi penyaluran bantuan AS.
Mantan pejabat Badan Pembangunan Internasional (AS) Marcia Wong mengatakan pegawai USAID yang melakukan perjalanan ke Myanmar usai gempa sudah diberitahu mereka akan diberhentikan.
"Tim ini bekerja dengan sangat keras, fokus pada memberikan bantuan kemanusiaan pada yang membutuhkan, mendapatkan berita anda akan segera diberhentikan, bagaimana mungkin itu tidak melemahkan mental?" kata Wong.