Selasa 01 Apr 2025 18:36 WIB

Duka Muslim Rohingya di Hari Raya

Kerinduan mereka akan keadilan dan keinginan pulang tetap tak tergoyahkan.

Sholat Idul Fitri Muslim Rohingya di kamp pengungsian Cox
Foto: muslim rohingya
Sholat Idul Fitri Muslim Rohingya di kamp pengungsian Cox

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAAR — Saat bulan baru menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri 1446 H di Bangladesh, para pengungsi Rohingya di kamp-kamp pengungsi Cox's Bazar merayakan hari raya dengan doa. Jauh dari kampung halamannya, mereka menyimpan harapan yang tak kunjung padam.

Mereka yang berstatus tanpa kewarganegaraan dan harus menanggung rasa sakit karena terpisah ribuan mil dari tanah airnya.“Di Arakan, kami merayakan Idul Fitri di desa-desa kami sendiri, bersama keluarga dan dengan bermartabat,” kata Noor Alam, seorang pengungsi yang melarikan diri dari Maungdaw pada tahun 2017. “Sekarang kami terjebak di kamp-kamp ini, jauh dari tanah kami, hidup tanpa hak atau kebebasan,"ujar Noor Alam seperti dikutip dari laman rohingyakhobor.com,Sabtu (30/3/2025).

Baca Juga

Meski hari tersebut menjadi hari raya Idul Fitri ke-delapan Muslim Rohingya di pengasingan, kerinduan mereka akan keadilan dan keinginan untuk pulang tetap tak tergoyahkan. “Idul Fitri mengingatkan dunia bahwa kami belum menghilang. Kami masih di sini, masih menunggu,” kata Fatima Begum, seorang aktivis muda Rohingya. “Masyarakat internasional tidak boleh melupakan kami,"tambah dia.

Di seluruh kamp, ​​Idul Fitri ditandai dengan sholat berjamaah darurat, makanan sederhana, dan refleksi tentang apa yang telah hilang. “Kami meninggalkan rumah, ladang, dan masjid kami,” kata Mohammad Ismail, seorang ayah tiga anak dari Buthidaung. “Namun, bahkan di pengasingan, kami berpegang teguh pada iman dan identitas kami sebagai Rohingya dari Arakan.”

Bagi banyak orang, perayaan ini bukan sekadar seremoni. Idul Fitri dimaknai sebagai simbol untuk bertahan hidup dari pengusiran.  “Ini bukan hari yang menyenangkan bagi kami,” kata pemimpin komunitas Abdul Karim. “Ini adalah hari untuk mengenang. Kami mengenang rumah, saudara, dan kebebasan yang pernah kami miliki. Dan kami meminta kepada dunia: jangan berpaling.”

Saat mereka berkumpul untuk salat Idul Fitri di ruang terbuka kamp, ​​pesan kolektif Rohingya adalah tentang perdamaian dan kegigihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement