REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Warga negara Amerika Serikat (AS), Faye Hall dibebaskan oleh Taliban setelah ditahan awal tahun ini bersama dua warga negara Inggris dan penerjemah Afghanistan mereka. Dibebaskannya wanita Amerika ini disampaikan mantan utusan Washington untuk Kabul, Zalmay Khalilzad.
Faye Hall adalah warga negara Amerika keempat yang dibebaskan oleh Taliban sejak Januari, sebagai bagian dari perjanjian yang ditengahi oleh Qatar.
"Warga negara Amerika Faye Hall, yang baru saja dibebaskan oleh Taliban, sekarang berada dalam perawatan teman-teman kami, warga Qatar di Kabul, dan akan segera pulang," tulis Khalilzad, yang merupakan bagian dari delegasi AS yang menangani pembebasan tawanan Taliban di X pada Sabtu (29/3/2025).
Dilansir Aljazeera, Ahad (30/3/2025), pembebasan Hall terjadi beberapa hari setelah George Glezmann, seorang warga Amerika yang ditahan di Afghanistan selama lebih dari dua tahun. Glezmann dibebaskan oleh Taliban awal bulan ini.
Setelah pulang ke Amerika Serikat, Glezman akhirnya bisa bertemu kembali dengan istrinya dan disambut oleh pesta penyambutan yang termasuk mantan teman satu selnya.
Taliban menyebut pembebasan Glezmann sebagai “isyarat niat baik” yang mencerminkan kesediaannya untuk bekerja sama dengan AS atas dasar rasa saling menghormati dan kepentingan”l.
Taliban sebelumnya menggambarkan pembebasan tahanan AS sebagai bagian dari upaya “normalisasi” globalnya.
Kelompok ini tetap menjadi kelompok paria internasional sejak mengambil alih Afghanistan secara cepat pada Agustus 2021. Tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban, meskipun beberapa negara terus mengoperasikan fasilitas diplomatik di negara tersebut.
Pengambilalihan Afghanistan terjadi saat pemerintahan Joe Biden mengawasi penarikan pasukan yang digariskan oleh pemerintahan pertama Presiden AS, Donald Trump.
Pemimpin Republik tersebut bernegosiasi dengan Taliban pada 2020 untuk mengakhiri perang di Afghanistan, dan dia menyetujui batas waktu 14 bulan untuk menarik pasukan AS dan pasukan sekutu.
Perjanjian itu kontroversial karena mengabaikan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, yang digulingkan di tengah keluarnya AS yang kacau dari negara itu pada tahun 2021.
Pemerintahan Trump belum mengartikulasikan kebijakan yang jelas tentang bagaimana ia akan mendekati hubungan dengan pemerintahan Taliban selama masa jabatan kedua presiden.
Trump telah menjadi kritikus tetap terhadap cara pemerintahan Biden mengawasi penarikan pasukan dari Afghanistan.
Serangan bom di bandara Kabul pada hari-hari terakhir penarikan pasukan yang kacau menewaskan sedikitnya 170 warga sipil Afghanistan yang berusaha melarikan diri dari negara itu, serta 13 tentara AS.