Sabtu 15 Mar 2025 07:48 WIB

Cara Salafus Shalih Memaknai Ramadhan Bulan Alquran

Para sahabat Nabi selama Ramadhan berlomba-lomba membaca Alquran.

ILUSTRASI Generasi sahabat Nabi termasuk dalam salafus shalih
Foto: Pixabay
ILUSTRASI Generasi sahabat Nabi termasuk dalam salafus shalih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika menegaskan kewajiban berpuasa dalam surah al-Baqarah ayat 183, Allah SWT tidak menyebutkan nama bulan Ramadhan. Sebab, kewajiban berpuasa sebagai rukun Islam memang ditetapkan di bulan Ramadhan. Maka, disebutkan atau tidak, itu sudah diketahui bahwa tidak ada kewajiban bepuasa selain Ramadhan.

Namun, ketika menyebutkan Alquran pada surah yang sama, ayat 185, Allah SWT menegaskan bahwa ia diturunkan pada bulan Ramadhan, “syahru ramadhanalladzi unzila fiihil quran”. Ini untuk menunjukkan bahwa Ramadhan bulan Alquran. Pemahaman ini sebenarnya sudah dicontohkan Rasulullah SAW. Tiap Ramadhan, Nabi selalu mengkhususkan diri berduaan dengan Malaikat Jibril membaca Alquran.

Baca Juga

Para sahabat Nabi juga demikian memahami ayat tersebut. Mereka selama Ramadhan berlomba-lomba membaca Alquran. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa di rumah-rumah para sahabat selalu terdengar suara mendengung seperti suara lebah, “yusma’ mimbuyutihim shautn ka dzawinnahl”. Itulah suara mereka membaca Alquran.

Tampak bahwa generasi pendahulu kita telah menjadikan Alquran sebagai hiburan yang sangat menyenangkan. Mereka tidak pernah mengenal apa yang namanya media sosial, ponsel, televisi, dan sebagainya, tetapi mereka tidak pernah merasa stres dalam hidup mereka. Justru jiwa mereka terus semangat membangun kehidupan dan kedamaian di muka bumi.

Disebutkan dalam sejarah bahwa para sahabat dan generasi penerusnya, tabiin dan tabi al-tabiin, telah berhasil memimpin seperempat dunia, sampai ke Irak, Babilonia, Persia, Afrika, Eropa, dan perbatasan Rusia, bukan karena kecanggihan teknologi dan persenjataan, melainkan karena Alquran.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Dr Amir Faishol Fath
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement