REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Nu’aim al-Ashbihani merupakan seorang cendekiawan Muslim dari abad keempat Hijriyah. Sebuah karya fenomenalnya ialah Hilyat al-Auliya wa Thabaqath al-Ashfiya (Perhiasan Para Wali dan Tingkatan Orang-orang Suci). Di dalamnya, ia mencatat sejarah hidup banyak orang saleh, mulai dari generasi sahabat Nabi Muhammad SAW, tabiin, dan tabiit tabiin.
Ali bin Abi Thalib merupakan seorang tokoh yang riwayatnya tercantum. Tidak hanya memaparkan secara biografis, Abu Nu’aim pun menukil banyak petuah Imam Ali di dalam karyanya itu. Sang Karamallahu wajhah berkata, “Hafalkanlah lima hal dari saya. Seandainya kalian mengendarai unta untuk mencarinya (nasihat-nasihat itu), pasti unta itu sudah binasa sebelum kalian mendapatkannya.” Berikut adalah tiga dari lima petuah yang dimaksud.
Pentingnya zuhud
“Janganlah seorang hamba Allah mengharapkan selain Tuhannya,” demikian pesan pertama Ali bin Abi Thalib, seperti disebutkan dalam Hilyat al-Auliya. Perkataan itu mengandung hikmah tentang keutamaan hidup zuhud. Itu tidak berarti meninggalkan sama sekali kehidupan dunia, lalu sibuk mengasingkan diri atau memilih seperti rahib.
Sebab, Nabi Muhammad SAW pun menganjurkan umatnya untuk tidak mengabaikan kiprah-kiprah yang bisa dilakukan di dunia. Sebagai gambaran, banyak sahabat beliau yang kaya raya. Namun, kekayaan mereka tidak sampai membutakannya untuk selalu mengabdi sebagai hamba Allah serta berupaya taat dan takwa kepada-Nya.
Mengutip Imam al-Junaid dalam kitab Madarij as-Salikin, “Orang yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia.” Yang diharapkan ahli zuhud hanyalah ridha Illahi.
View this post on Instagram
Takutlah akan dosa
Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Ali bin Abi Thalib berpesan, “Janganlah merasa takut kecuali kepada dosa sendiri.” Sejalan dengan itu, menurut sahabat Nabi SAW ini, seorang Mukmin hendaknya tidak terjerumus dalam sikap meremehkan dosa.