Rabu 05 Mar 2025 21:02 WIB

Mengapa Rasulullah Sebut Ramadhan Bulan Sabar dan Kasih Sayang?

Umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
ILUSTRASI Puasa Ramadhan.
Foto: pxhere
ILUSTRASI Puasa Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Nabi Muhammad SAW menyebut bulan puasa Ramadhan adalah bulan sabar dan kasih sayang. 

"lnilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga. lnilah bulan kasih sayang, bulan saat rezeki seorang mukmin ditambah. Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya dan menjadi sebab selamat dari neraka, dan mendapat pahala yang sama dengan orang yang berpuasa yang diberinya makanan untuk berbuka, tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun." (HR Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Baihaqi, Imam Ibnu Hibban)

Baca Juga

Demikian potongan sabda Nabi Muhammad SAW terkait bulan Ramadhan, dikutip dari Kitab Fadhilah Ramadhan yang ditulis Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah alaih.

Dijelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Maksudnya, jika kita mengalami kesusahan dalam bulan tersebut, hadapilah dengan penuh kesabaran, bukan dengan berkeluh-kesah, sebagaimana kebiasaan sebagian orang ketika bulan Ramadhan jatuh pada musim panas. 

Demikian juga jika tertinggal sahur, kita jangan mengeluh semenjak selepas Subuh. Jika kalian merasa lelah saat Tarawih, tahanlah dengan senang hati. Jangan menganggapnya sebagai suatu musibah, karena hal itu akan menghilangkan pahalanya.

Jika untuk mendapatkan keduniaan saja kita sanggup meninggalkan makan, minum, dan istirahat, mengapa kita tidak mampu menahan sedikit kesulitan untuk mencari ridha Allah SWT?

Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda bahwa inilah bulan kasih sayang. 

Wujud bulan kasih sayang itu dengan membantu fakir miskin. Jika ada sepuluh jenis makanan yang kita sediakan untuk berbuka puasa, sekurang-kurangnya tiga atau empat dari jenis makanan itu disisihkan untuk fakir miskin. 

Jika kita tidak dapat memberikan yang lebih baik dari yang kita makan, paling tidak kita berikan yang sama dengan yang kita makan. Berapa pun kemampuan kita, sisihkanlah sebagian makanan berbuka dan bersahur kita untuk fakir miskin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement