REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H/ 2025 M, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengajak kepada umat Islam untuk tidak stagnan atau tetap berada dalam posisi Jumud. Ketika Ramadhan, menurut dia, harus ada perubahan dalam diri umat Islam.
"Kami PP Muhammadiyah mengajak untuk tidak stagnan, tidak berada di posisi Jumud, di mana kita selalu melaksanakan ibadah-ibadah itu, tetapi ibadah-ibadah Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha itu tidak membawa proses perubahan dalam jiwa, pikiran dan orientasi tindakan kita sebagai muslim baik individual maupun kolektif," ujar dia dalam konferensi pers penetapan hasil hisab awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H di Yogyakarta, Rabu (12/2/2025).
Di lingkungan Muhammadiyah sendiri sering disebut istilah pencerahan yang diambil dari kata “tanwir”, yang berasal dari kata “nur” yaitu artinya cahaya atau sinar. Menurut Haedar, pencerahan tersebut artinya umat Islam harus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
"Yang kami sebut membawa pencerahan-pencerahan ini yakni perubahan dari hal-hal yang buruk ke hal yang baik dari hal-hal yang baik ke hal-hal yang terbaik menuju pada kehidupan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia kesemestaan yang semakin lebih baik lagi," ucap Haedar.
Dalam konteks itu, Guru Besar UMY ini mengajak kepada seluruh Muslim untuk menjadikan ibadah puasa Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha tahun ini sebagai proses internalisasi nilai yang membentuk pribadi-pribadi yang memiliki jiwa kerohanian yang tinggi, luhur dan utama dalam sikap dan tindakan.
"Sehingga baik dalam beragama maupun dalam kehidupan. Sehingga kita bisa membawa maslahat dan rahmat bagi kehidupan. Sehingga keberagamaan itu betul-betul melahirkan teladan terbaik," kata dia.
Jika hal itu dilakukan, tambah dia, maka umat Islam akan menjadi yang terbaik dalam berkata-kata dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. "Sehingga kaum muslimin akan menjadi teladan dalam kehidupan," jelas Prof Haedar.