REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surat al-Ahzab ayat 21, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” Sepanjang hayatnya, Nabi Muhammad SAW membimbing umat manusia menuju kebaikan di dunia dan akhirat. Pembawa risalah Islam ini merupakan guru kehidupan yang paripurna. Keteladanannya tidak habis-habis menginspirasi setiap generasi, baik Muslim maupun non-Muslim.
Sebelum Rasulullah SAW lahir pada 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah (571 Masehi), bangsa Arab hidup dalam kabilah-kabilah dengan fanatisme kesukuan yang kuat. Semangat fanatisme itu kadangkala hanya didasarkan pada emosi yang menyulut konflik tanpa berpikir jernih. Seorang pemimpin kabilah tidak segan-segan memaklumkan perang terhadap kabilah lain bilamana merasa tersinggung akan sebuah persoalan. Pada akhirnya, rakyat biasa dapat menjadi korban kepentingan politik kekuasaan.
View this post on Instagram
Bahkan sebelum risalah kenabian datang, sosok Nabi Muhammad SAW sudah menampilkan keteladanan dalam berpikir jernih. Hal ini tampak dari peristiwa renovasi Ka’bah di Makkah, sebagaimana diuraikan Nur Kholis (2002) dalam disertasinya untuk McGill University Kanada. Saat itu, Nabi Muhammad SAW baru berusia 35 tahun. Masyarakat Makkah hampir selesai memperbaiki Ka’bah agar dapat difungsikan kembali sebagai pusat kegiatan spiritual.