Rabu 29 Jan 2025 14:44 WIB

Terkuak, Pengamat Ini Ungkap Migas Jadi Alasan Trump Ingin Gusur Warga Gaza

Wilayah Gaza memiliki cadangan gas alam dan minyak bumi yang besar.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif setelah menandatanganinya pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Timur Tengah dari Universitas Moestopo (Beragama) Ryantori menilai, rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggusur sementara warga Gaza ke Mesir dan Yordania merupakan kebijakan yang akan mendapatkan penolakan keras dari kedua negara tersebut. 

Menurut Ryantori, Trump Ngotot ingin menggusur warga Gaza ke Mesir dan Yordania karena dua negara tersebut secara geografis sangat berdekatan dengan wilayah Palestina. Yordania bersebelahan dengan kawasan Tepi Barat, sementara Mesir berbatasan langsung dengan jalur Gaza. 

 

Namun, menurut dia, dalam hal penerimaan terhadap pengungsi Palestina di wilayah mereka, ada perbedaan mendasar. Yordania membuka kamp-kamp pengungsi bagi warga Palestina yang masuk ke wilayahnya bekerja sama dengan badan PBB UNHCR dan UNRWA, seperti Kamp Baqa'a, Kamp Jerash, dan Kamp Wihdat yang cukup besar. 

 

"Kamp-kamp itu menghadapi banyak tantangan seperti kepadatan penduduk, infrastruktur terbatas, tingginya pengangguran," ujar Ryantori kepada Republika, Rabu (29/1/2025). 

 

Sementara, lanjut dia, Mesir sama sekali tidak membuka negaranya untuk penempatan pengungsi Palestina. Begitu pula dalam hal naturalisasi pengungsi. 

 

Meskipun Yordania kerap mengusir pengungsi Palestina keluar dari negaranya terkait kegiatan yang dianggap mengganggu keamanan, namun Yordania juga tercatat memberi kewarganegaraan bagi rakyat Palestina. "Tidak demikian bagi Mesir. Di Mesir, kewarganegaraan didapat melalui jalur pernikahan dan semisalnya," ucap Ryantori. 

 

Terkait rencana Trump untuk memindahkan warga Gaza ke Mesir dan Yordania, kata dia,  akan mendapat penolakan keras dari kedua negara. Karena, menurut dia, warga Gaza korban perang sangat banyak."Ini berbicara tentang jumlah manusia yang cukup besar, 2,2 juta jiwa," kata dia. 

 

Ryantori mengungkapkan, Menteri Luar Negeri Yordania sendiri telah menyatakan bahwa warga Palestina untuk Palestina dan warga Yordania menjadi prioritas. Menteri Luar Negeri Mesir juga senada dan menekankan dukungan agar warga Gaza tetap bertahan di Tanah Gaza. 

photo
Terpenjara di Gaza - (Republika)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement