REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu siang yang terik, Nu’aiman bin Amr berjalan-jalan di dekat Masjid Nabawi. Kemudian, ia berpapasan dengan seorang penjual madu yang tampak letih dan kegerahan.
Sahabat Nabi Muhammad SAW itu pun menghampirinya. Setelah mengobrol beberapa menit, terlintaslah ide di dalam benaknya. “Bukankah Rasulullah SAW menyukai madu?” gumam Nu’aiman dalam hati.
Ia langsung menepuk pundak si penjual madu. “Mari kutemani engkau ke rumah Rasulullah SAW!” Seketika, senyum terpancar wajah pedagang tersebut.
Pikirnya: “Luar biasa sekali lelaki yang baik hati ini bersedia mengantarkanku kepada Nabi SAW. Alangkah senang madu-maduku akan dibeli beliau!”
Setelah mendekati rumah Rasulullah SAW, Nu’aiman menyuruh si penjual madu agar menunggu di luar dari kejauhan. Dengan sebotol madu di tangannya, ia berdiri sembari mengetuk pintu rumah Nabi SAW.
Setelah itu, sang tuan rumah pun mempersilakannya masuk.
“Ya Rasulullah,” kata Nu’aiman, “aku tahu engkau suka madu. Karena itu, aku memberikan madu ini untukmu sebagai hadiah.”
Sebagai utusan Allah, beliau memang dilarang mengambil sedekah, tetapi boleh akan halnya hadiah. Maka Rasulullah SAW menerima pemberian dari tamunya ini dengan senang hati.
Tidak lama kemudian, Nu’aiman pamit. Nabi SAW mendoakan kebaikan untuknya.
Setelah Rasulullah SAW menutup pintu rumahnya, lelaki dari kalangan Anshar itu bergegas menghampiri si penjual madu yang tadi ditinggalkannya.
“Rasulullah SAW sangat menyukai madu yang engkau jual!” kata Nu'aiman.
Si pedagang mendengar itu dengan senyum mengembang. Belum sempat ia menanyakan uang hasil “penjualan” madu tersebut, Nu’aiman pamit.
“Maaf, aku harus pergi karena masih ada urusan lain. Namun, Rasulullah SAW sebentar lagi akan keluar dari rumahnya. Kau hampiri saja beliau!” ucap sahabat yang dahulu ikut berjuang dalam Perang Badar itu.
“Oh ya, baiklah kalau begitu,” jawabnya.
Nu’aiman pun berjalan meninggalkannya. Beberapa menit, si penjual madu masih menunggu. Nyaris setengah jam, ia mulai bertanya-tanya. Lewat satu jam, ia jadi gelisah. Sebab, tidak ada tanda-tanda Nabi Muhammad SAW keluar dari rumah.
Akhirnya, pedagang ini memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW. “Assalamu’alaikum waraḥmatullahi wabarakatuh,” katanya.
Nabi SAW pun membukakan pintu. Beliau melihat seseorang yang belum pernah ditemuinya sedang berdiri dengan wajah sayu di hadapannya.
View this post on Instagram