Kamis 16 Jan 2025 21:24 WIB

Ini Penyebab Melambatnya Pembiayaan Syariah di Akhir 2024

Pembiayaan syariah mengalami pelambatan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pembiayaan syariah pada Desember 2024 mengalami perlambatan, hanya tumbuh 9,87 persen (yoy), menurun dari 11,24 persen (yoy) pada November. Direktur Infrastruktur Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menjelaskan, perlambatan ini wajar terjadi karena lonjakan pembiayaan biasanya terkonsentrasi pada Oktober dan November saat adanya gelaran  Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang juga bersamaan dengan Bulan Inklusi Keuangan (BIK)

"Pada Desember, karena aktivitas puncaknya sudah selesai, otomatis pembiayaan tidak setinggi bulan sebelumnya," ujarnya dalam Forum Jurnalis Jagoan (FJJ), dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Perbankan dan Investasi Syariah di Era Digital” di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Baca Juga

Perlambatan juga dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang terbatas di akhir tahun. Oleh karenanya, saat ini KNEKS bersama OJK, Bank Indonesia dan berbagai kementerian/lembaga, termasuk BPJPH, tengah menyusun strategi nasional untuk meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi serta keuangan syariah.

Salah satu langkah penting adalah mendistribusikan aktivitas pembiayaan secara merata agar tidak terpusat hanya di bulan Oktober dan November.  "Kami telah membuat sebuah dashboard untuk membantu kementerian dan lembaga mengatur ulang jadwal kegiatan mereka. Dengan cara ini, pembiayaan bisa tersebar sepanjang tahun, sehingga pertumbuhannya lebih berkesinambungan," ungkap Emir.  

Dikonfirmasi terpisah, Direktur BCA Syariah Pranata mengaku optimis meskipun pembiayaan syariah disebut melambat pada akhir 2024. BCA Syariah yakin dapat tumbuh 13–15 persen yoy pada tahun ini.

"Kami menerapkan strategi deepening pada ekosistem usaha nasabah, baik existing maupun calon nasabah, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Modernisasi teknologi juga menjadi salah satu fokus kami, seperti melalui penyempurnaan aplikasi BSya," katanya kepada Republika.

Mencermati perkembangan terkini, lanjut Pranata, nasabah semakin teredukasi mengenai pentingnya keamanan data maupun transaksi. Oleh karena itu BCA Syariah memberikan perhatian khusus terhadap kecukupan infrastruktur dan SDM terkait keamanan perbankan.

Menurutnya, literasi perbankan syariah berperan penting dalam meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah. BCA Syariah juga secara aktif melakukan berbagai kegiatan edukasi ke segmen pelajar, mahasiswa, pelaku UMKM maupun ke masyarakat umum baik secara langsung tatap muka maupun online melalui sosial media. Bahkan, dari tahun ke tahun baik frekuensi maupun jumlah peserta edukasi terus ditingkatkan.

"Dengan berbagai strategi yang diterapkan, kami optimis bisa mencatatkan pertumbuhan aset di kisaran 8-10 persen dan dana pihak ketiga di kisaran 10-12 persen," ujarnya. Adapun pada 2024, BCA Syariah mencatatkan pertumbuhan pembiayaan hingga 18,9 persen (yoy) mencapai Rp10,7 triliun, didominasi oleh segmen produktif.  

Sementara Bank Mega Syariah menyatakan, perlambatan ini menjadi pemicu untuk terus mendorong optimalisasi dalam mendukung segmen-segmen dengan potensi pertumbuhan tinggi. "Kami optimis dengan kolaborasi dari semua pihak, seperti regulator, perbankan dan pelaku ekonomi, pertumbuhan bisnis perbankan syariah akan tetap tinggi di 2025," tegas Hanie Dewita Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah kepada Republika.

Pada 2025 Bank Mega Syariah juga akan memperkuat bisnis di segmen korporasi melalui pendekatan B2B2C (business-to-business-to-consumer). "Kami optimis dengan kolaborasi regulator, perbankan, dan pelaku ekonomi, pembiayaan syariah akan tetap tumbuh tinggi di 2025," ungkapnya. Selain pembiayaan korporasi, Bank Mega Syariah juga menawarkan produk untuk ekosistem individu seperti tabungan payroll, pembiayaan rumah, dan Syariah Card. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa pembiayaan syariah tetap menjadi pilar penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional meski sempat melambat pada akhir 2024. "Ke depan, pertumbuhan kredit diprakirakan meningkat dalam kisaran 11–13 persen, sejalan dengan prospek ekonomi yang tetap baik dan dukungan kebijakan makroprudensial Bank Indonesia," ujarnya dalam Konferensi Pers RDG Januari 2024, Rabu (15/1/2025).  

Penurunan ini terjadi seiring dengan realokasi alat likuid perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK), serta kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM). Meski menghadapi tantangan, Bank Indonesia optimis pertumbuhan pembiayaan syariah akan kembali meningkat di tahun 2025.  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement