Selasa 14 Jan 2025 13:05 WIB

Disiksa Satu Tahun Hingga Koma, Tahanan Palestina Ini Jadi Syuhada

Abu Zneid syahid usai mengalami penyiksaan oleh Israel.

Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan
Moataz Abu Zneid
Foto: X
Moataz Abu Zneid

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang pria Palestina bernama Moataz Abu Zneid (35 tahun) dari Dura, selatan Hebron, yang telah ditahan Israel tanpa tuduhan selama lebih dari satu tahun, dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Soroka Israel pada Ahad (12/1/2025). Abu Zneid syahid usai mengalami penyiksaan dan kelalaian medis oleh Israel.

Sebanyak 68 tahanan Palestina telah meninggal di penjara-penjara Israel akibat penyiksaan atau kelalaian medis, surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz menyatakan pada Ahad (12/1)

Baca Juga

Komisi Tahanan Palestina mengatakan Abu Zneid ditahan sejak 27 Juni 2023. Dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Menurut keluarganya, dia tidak menderita masalah kesehatan sebelum ditangkap dan disiksa oleh Israel, dikutip dari laman IMEMC News, International Middle East Media Center, Senin (13/1/2025)

Pernyataan itu menambahkan bahwa menurut keterangan awal yang diperoleh dari salah satu tahanan yang baru-baru ini dibebaskan dari Penjara Rimon, tempat dia ditahan, kesehatan tahanan Abu Zneid tiba-tiba menjadi sangat memburuk, dan administrasi penjara dengan sengaja menunda pemindahannya ke rumah sakit. Pihak penjara Israel melakukan kejahatan medis yang sistematis terhadapnya, hingga Abu Zneid mengalami koma dan dipindahkan ke Rumah Sakit Soroka pada tanggal 6 Januari 2025. Abu Zneid yang syahid diumumkan pada malam harinya.

Ia menjelaskan, dengan syahidnya tawanan Abu Zneid dari Dura, maka jumlah syuhada dari kalangan tawanan dan tahanan di penjara-penjara Israel sang pelaku genosida dan pelaku penjajahan meningkat menjadi 55 syuhada yang identitasnya telah diketahui, data sejak Oktober 2023.

Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi secara historis, sehingga tahap ini merupakan tahap paling berdarah dalam sejarah gerakan tawanan sejak tahun 1967.

Jumlah syuhada gerakan tawanan yang diketahui identitasnya sejak 1967 meningkat menjadi tahun 292, dengan catatan ada puluhan syuhada dari tawanan Gaza yang mengalami penghilangan paksa. Patut dicatat bahwa syuhada Abu Zneid adalah tahanan administratif kelima yang meninggal di penjara-penjara Israel sang penjajah sejak dimulainya perang pemusnahan pada Oktober 2023.

Komisi dan klub menambahkan bahwa kasus syahidnya tahanan Abu Zneid, mantan tahanan yang ditangkap lima kali, sebagian besar di bawah penahanan administratif, di mana ia melakukan mogok makan sebagai protes atas penahanan administratifnya, merupakan kejahatan baru dalam catatan sistem brutal Israel, yang telah mencapai puncaknya sejak dimulainya perang pemusnahan yang sedang berlangsung.

Mereka menekankan bahwa apa yang terjadi pada para tawanan dan tahanan merupakan bencana kemanusiaan, dan tidak lain adalah aspek lain dari perang pemusnahan, dan tujuannya adalah untuk melakukan lebih banyak lagi eksekusi, pembunuhan, dan likuidasi terhadap para tawanan dan tahanan.

Komisi dan Klub Tahanan menekankan bahwa laju peningkatan jumlah martir di antara para tahanan dan narapidana akan menjadi lebih berbahaya seiring dengan berlalunya waktu dan ribuan tahanan serta narapidana yang terus ditahan di penjara-penjara Israel, dan terpapar pada kejahatan-kejahatan sistematis, khususnya penyiksaan, kelaparan, penyerangan dalam berbagai bentuk, kejahatan medis, serangan seksual, dan pemaksaan kondisi yang secara sengaja menyebabkan mereka terjangkit penyakit-penyakit serius dan menular, di samping kebijakan-kebijakan pencurian dan perampasan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Otoritas Tahanan, Klub Tahanan, dan semua lembaga terkait menyatakan bahwa Israel sang penjajah bertanggung jawab penuh atas kesyahidan mereka, dan memperbaharui tuntutan mereka agar sistem hak asasi manusia (HAM) international bergerak maju dalam mengambil keputusan yang efektif untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin penjajah atas kejahatan perang yang terus mereka lakukan terhadap rakyat Palestina.

Mereka juga menuntut agar komunitas internasional menjatuhkan sanksi terhadap penjajah yang akan menempatkan mereka dalam kondisi isolasi internasional yang jelas, dan mengembalikan sistem hak asasi manusia kepada peran fundamentalnya yang menjadi dasar pembentukannya, dan mengakhiri kondisi ketidakberdayaan yang menakutkan yang menimpanya sehubungan dengan perang pemusnahan, dan mengakhiri kondisi kekebalan luar biasa yang diberikan oleh negara-negara penjajah lama kepada negara Israel yang menjajah Palestina, dengan menganggapnya di atas pertanggungjawaban, dan hukuman.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa jumlah total tahanan lebih dari 10.400, dan data ini tidak termasuk semua tahanan dari Gaza, sementara jumlah tahanan perempuan hingga 9 Januari 2025 mencapai 85, termasuk empat tahanan perempuan dari Gaza yang identitasnya telah diketahui, anak-anak tidak kurang dari 320 anak ditahan, tahanan administratif sebanyak 3.376 termasuk sekitar 95 anak-anak dan 22 tahanan perempuan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement