REPUBLIKA.CO.ID, Kontrak kerja menjadi kewajiban di dalam Islam. Wildan Jauhari, Lc dalam bukunya Selayang Pandang Prinsip Ekonomi mengungkapkan pentingnya kesepakatan kontrak kerja sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang mengajarkan kejelasan upah dan percepatan pemenuhannya. Hadits ini berbunyi:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقْهُ وَأَعْلِمْهُ أَجْرَهُ وَهُوَ فِي عَمَلِهِ
"Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering, dan beritahukanlah upahnya sewaktu ia masih bekerja," diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA.
Menurut syarah hadits, ungkapan "sebelum keringatnya kering" merujuk pada penyelesaian hak pekerja secara cepat setelah pekerjaan selesai. Hal ini menunjukkan urgensi memenuhi upah tanpa penundaan. Bahkan, jika seorang pekerja tidak berkeringat dalam pekerjaannya, prinsip percepatan tetap berlaku.
Dari perspektif fikih, hadits ini menganjurkan kejelasan nominal upah sebelum pekerjaan dimulai. Langkah ini penting untuk mencegah terjadinya sengketa di kemudian hari dan menciptakan hubungan kerja yang adil serta transparan.
Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya pemenuhan hak pekerja dengan segera. Jika terdapat penundaan yang tidak disengaja karena alasan tertentu, upah tetap wajib diberikan. Namun, jika penundaan dilakukan secara sengaja, hal ini melanggar prinsip syariah.