Jumat 29 Nov 2024 05:16 WIB

Hukum Sholat Dhuha Berjamaah, Apakah Sah untuk Dilakukan?

Rasulullah SAW melaksanakan shalat sunah berjamaah di rumah Itban bersama Abu Bakar.

Sholat berjamaah (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Sholat berjamaah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam pandangan Madzhab Syafi’i, sholat sunah pada dasarnya dibedakan menjadi dua kategori terkait pelaksanaannya: yang disunahkan berjamaah dan yang disunahkan sendiri-sendiri.

Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’, hanya tujuh jenis shalat sunnah yang disyariatkan untuk dilakukan berjamaah, yaitu: Sholat Idul Fitri, Sholat Idul Adha, Sholat Gerhana Matahari (Kusuf), Sholat Gerhana Bulan (Khusuf), Sholat Meminta Hujan (Istisqa'), Sholat Tarawih, Sholat Witir setelah Tarawih.  

Baca Juga

Selain dari tujuh jenis sholat tersebut, seperti sholat dhuha, sholat tahajud, atau sholat rawatib, disunahkan untuk dilakukan sendiri-sendiri. Namun, tidak berarti sholat tersebut haram atau makruh jika dilakukan secara berjamaah.  

Rasulullah SAW pernah melaksanakan sholat sunah berjamaah di luar kategori tujuh sholat tersebut. Dalam salah satu riwayat dari Itban bin Malik yang tercatat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW melaksanakan shalat sunah berjamaah di rumah Itban bersama Abu Bakar.

Riwayat lain juga menyebutkan beliau melaksanakan shalat sunah berjamaah bersama beberapa sahabat seperti Ibnu Abbas dan Anas bin Malik.  Imam An-Nawawi menegaskan bahwa, "Sholat sunah selain tujuh kategori di atas tetap boleh dikerjakan berjamaah tanpa dihukumi makruh, meskipun bukan bagian dari sunah utama." ujarnya.

Pelaksanaan sholat Dhuha berjamaah yang kerap dilakukan di sekolah-sekolah, baik tingkat SD hingga SMA, hukumnya boleh, terutama dengan tujuan pembelajaran dan pembiasaan bagi siswa. Namun, setelah pembiasaan ini, siswa dianjurkan untuk membiasakan diri melaksanakannya secara individu, karena itulah yang lebih utama.  

Adapun tata cara membaca bacaan sholat, untuk sholat sunah yang dilakukan siang hari, seperti dhuha, disarankan membaca secara pelan (sirriyyah). Sedangkan untuk shalat malam seperti tahajjud, bacaan dilakukan dengan suara keras (jahriyyah).  

Dengan pemahaman ini, umat Islam dapat melaksanakan shalat sunnah, termasuk dhuha, dengan bijak sesuai konteks dan tujuan masing-masing, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip syariat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement