Sabtu 23 Nov 2024 08:06 WIB

Hadiri NGO Fair, Pengurus MUI Soroti Sejarah Hubungan Nusantara dengan Turki Utsmani

Salah satu dampak nyata pengaruh Turki adalah penamaan Kota Kudus di Jawa Tengah.

Sejumlah mahasiswa Aceh berziarah ke makam sejarah ulama-ulama Turki di Desa Bitai, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia, Rabu 21 Agustus 2019. Ratusan makam guru, ulama dan pejuang Turki di Bitai menunjukkan hubungan persaudaraan antara Aceh dengan Turki pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Inayatsyah dengan Kekaisaran Khalifah Turki Utsmani. (Khalis Surry - Anadolu Agency)
Foto: Anadolu Agency
Sejumlah mahasiswa Aceh berziarah ke makam sejarah ulama-ulama Turki di Desa Bitai, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia, Rabu 21 Agustus 2019. Ratusan makam guru, ulama dan pejuang Turki di Bitai menunjukkan hubungan persaudaraan antara Aceh dengan Turki pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Inayatsyah dengan Kekaisaran Khalifah Turki Utsmani. (Khalis Surry - Anadolu Agency)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), Oke Setiadi Affendi, menghadiri International NGO Fair 2024, yang berlangsung di Istanbul, Turki, Kamis (21/11/2024). Tak hanya hadir, Oke Setiadi juga memberikan pidato dalam kegiatan tersebut.

Dalam pidatonya, Oke Setiadi menyoroti hubungan sejarah antara Turki Utsmani dan Nusantara di masa lampau. Ia menjelaskan, pada masa Turki Utsmani, pengajar dan ulama dikirim ke Nusantara untuk menyebarkan ilmu agama dan semangat perjuangan Islam. 

Baca Juga

Menurut dia, salah satu dampak nyata dari pengaruh ini terlihat dari penamaan Kota Kudus di Jawa Tengah, yang terinspirasi oleh Al-Quds di Palestina. Bahkan, terdapat Masjid Al-Aqsa di Kudus, yang mengingatkan pada masjid suci di Palestina. Selain itu, ia juga menyebut Gunung Muria, yang memiliki nama yang identik dengan Bukit Moriah di Palestina.

“Sejarah ini menunjukkan betapa pentingnya Masjid Al-Aqsa dalam hati umat Islam di Nusantara, yang diwariskan oleh para ulama dan pengajar yang dikirimkan oleh kekhilafan Turkiye Utsmani kala itu,” kata dia melalui keterangannya, Jumat (22/11/2024). 

Acara 4th International NGO Fair 2024 ini sendiri menjadi ajang penting bagi organisasi non-pemerintah (NGO) internasional untuk berkumpul, berdiskusi, dan bersinergi dalam rangka membahas isu kemanusiaan di Palestina. Selain itu, kegiatan itu digelar guna mendapatkan solusi konkret, terutama terkait penjajahan yang sampai saat ini tak kunjung usai.

Dengan dihadiri oleh ratusan NGO dari berbagai negara, acara itu menjadi simbol solidaritas global bagi rakyat Palestina. Acara itu juga melibatkan berbagai panel diskusi, pameran, dan sesi networking untuk memperkuat kolaborasi di antara para peserta. International NGO Fair 2024 diharapkan mampu menjadi motor penggerak aksi nyata bagi masyarakat dunia. 

Oke Setiadi juga mengatakan semoga pidato ini menjadi inspirasi untuk terus menjaga persatuan dan melanjutkan perjuangan menjaga masjid Al-Aqsa dan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak-haknya sebagai sebuah bangsa.

“Semangat sejarah dan solidaritas umat dari apa yang kami sampaikan semoga menjadi inspirasi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement