REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di dalam Alquran Nabi Muhammad SAW disebut sebagai ummi, yang dalam konteks ini diartikan sebagai seseorang yang tidak bisa membaca atau menulis. Namun, beberapa orientalis mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang melek huruf.
Mengutip dari AboutIslam, kalangan orientaslis setidaknya menyebutkan dua kejadian yang menunjukkan Nabi melek huruf, yaitu saat Nabi meminta menghilangkan kata “Rasulullah” dalam Perjanjian Hudaibiah dan saat nabi meminta pena dan tinta untuk menulis siapa yang akan menjadi penggantinya.
Akan tetapi, dengan menganalisis setiap insiden tersebut, seseorang dapat dengan mudah menemukan kekeliruan dalam tuduhan para orientalis tersebut.
Pertama, dalam Perjanjian Hudaybiyah, bukan Rasulullah SAW yang menulis perjanjian tersebut, namun sepupunya, Sayyidina Ali yang menulisnya. Untuk membuktikannya, kita bisa menilik pada kejadian Suhail.
Ketika menulis perjanjian itu, Suhail bin Amr (seorang laki-laki dari pihak Quraisy) menolak jika Nabi Muhammad SAW mencantumkan namanya sebagai utusan atau rasul Allah (Rasulullah ).
Suhail meminta agar kata tersebut diganti menjadi “Muhammad, putra Abdullah”. Nabi Muhammad SAW kemudian meminta Ali untuk menghilangkan kata Rasulullah (utusan Allah).
Namun Ali tidak menyukai gagasan menghilangkannya dan berkata: "Demi Allah, aku bersumpah aku tidak akan pernah melupakan Rasulullah!"
Dan inilah bagian cerita yang biasanya sengaja tidak disebutkan oleh kaum orientalis: ketika Ali menolak untuk menghilangkan nama Rasulullah , Nabi Muhammad berkata kepada Ali: “Tunjukkan padaku.”
Setelah Ali menunjukkannya kepadanya, Nabi menggunakan ibu jarinya untuk menyembunyikan kata-kata tersebut, sebagai tanda bahwa beliau tidak ingin kata-kata tersebut disertakan. (HR Bukhari)
Adapun kejadian kedua menjelang wafatnya Nabi, riwayat yang banyak diragukan keabsahannya oleh para ulama, menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW meminta pena dan kertas untuk menulis surat yang isinya menyebutkan siapa yang akan menjadi penggantinya.