REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah selayaknya kita mencintai seseorang yang dalam nafas terakhirnya menyebut kita dengan sebutan Ummati.. Ummati.... Mencintai Rasulullah SAW merupakan bagian dari kesempurnaan iman. Mengikuti keteladanan manusia termulia itu adalah sunnah.
Dan, jangan mengira bahwa yang beliau pikirkan adalah orang-orang beriman dan berislam pada masanya saja. Bahkan, al-Musthafa merindukan kita--yang hidup jauh berabad-abad sesudah beliau.
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW duduk terdiam. Sementara, beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar ash-Shiddiq, berada di dekat beliau.
"Wahai Abu Bakar," kata Rasulullah SAW kemudian, "aku sangat rindu dan ingin bertemu dengan saudara-saudaraku."
"Ya Rasulullah," jawab Abu Bakar, "apakah maksudmu berkata demikian? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?"
"Tidak, Abu Bakar," ujar Nabi SAW menyanggah, "Kalian semua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku."
"Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi beriman denganku.”
Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim itu menunjukkan, betapa Rasulullah SAW merindukan kita, umat yang beriman dan berislam walaupun tidak pernah berjumpa langsung dengan beliau. Maka, wajarlah bila kita pun menaruh kerinduan yang amat besar pada Nabi SAW.
Setiap kita ingin membersamai Rasulullah SAW di surga kelak. Tentu saja, hal ini dapat diraih siapapun Mukmin atas izin dari Allah SWT.
Terdapat doa yang dapat dipanjatkan seorang muslim agar dapat dekat dengan Rasulullah SAW. Selain dekat dengan beliau, melalui doa ini juga diharapkan dapat memberikan seorang Muslim kekuatan iman dan diberikan nikmat yang langgeng.