Selasa 29 Oct 2024 19:14 WIB

Doa Para Nabi yang Diabadikan Dalam Alquran

Alquran menyebut doa para nabi kepada Allah.

Ilustrasi membaca Alquran
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa doa adalah senjata orang beriman. Doa juga menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Munajat yang dipanjatkan secara ikhlas meningkatkan keimanan dalam hati. Karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk banyak-banyak berdoa.

Dalam Alquran, ada banyak kalimat yang mengandung makna doa. Munajat itu disampaikan sejumlah orang saleh, termasuk para nabi. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

Baca Juga

Minta keturunan

Salah satu untaian kata-kata yang termuat dalam Kitabullah ialah doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim alaihissalam. Dalam munajatnya itu, sang Khalilullah memohon kepada Allah SWT agar diri dan istrinya dikaruniai seorang anak. Redaksi doa tersebut ada dalam surat As Saffat ayat ke-100.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ Rabbi hablii minash shaalihiin.

Artinya, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh."

Sejarah mencatat, pada akhirnya Nabi Ibrahim AS memiliki dua orang putra, yakni Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.

Masing-masing kemudian menghasilkan keturunan dalam jumlah yang banyak. Di antara mereka juga terdapat para utusan Allah, termasuk Nabi Muhammad SAW yang garis nasabnya sampai pada Ismail AS.

Lancar berdakwah

Doa berikutnya ialah yang dipanjatkan Nabi Musa AS. Salah seorang rasul ulul azmi itu ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyampaikan dakwah kepada Firaun dan kaumnya. Alquran surat Thaha ayat 25-28 menyebutkan kata-kata munajat tersebut.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Rabbisyrahlii shadrii, wayassirlii amrii, wahlul 'uqdatammillisaanii, yafqahuu qaulii.

Artinya, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku."

Alquran juga menceritakan dialog antara Nabi Musa dan Firaun. Ternyata, penguasa Mesir Kuno itu tetap dalam kekafiran. Barulah ketika di ambang maut, menjelang air Laut Merah menenggelamkannya, Firaun buru-buru insyaf. Namun, tobat itu sia-sia belaka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement