Ahad 27 Oct 2024 21:28 WIB

Demi Kurangi Rantai Pasok Pangan Global, Pemuda Lintas Agama Dilatih Urban Farming

Trilogi Berkebun menyampaikan materi pelatihan inovatif berkebun di kota.

Pelatihan urban farming IYCA
Foto: Dok IYCA
Pelatihan urban farming IYCA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliansi Pemuda Lintas Agama untuk Iklim (Interfaith Youth Climate Alliance -IYCA) dan Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis (Interfaith Rainforest Initiative-IRI) Indonesia menyelenggarakan program Warung Belajar dengan tema "Urban Farming: Ketahanan Pangan Lokal dan Solusi Krisis Iklim".

Acara ini diadakan pada Sabtu, 26 Oktober 2024, di Kebun Kolaborasi, Universitas Trilogi, Jakarta Selatan. Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr Hayu Prabowo dalam sambutannya menjelaskan bahwa krisis iklim yang terjadi saat ini berdampak besar pada ketersediaan pangan di seluruh dunia.

Baca Juga

"Urban farming menjadi solusi yang berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Dengan memproduksi pangan secara lokal di lingkungan perkotaan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan pangan global dan sekaligus mengurangi jejak karbon," ujar Hayu lewat keterangan tertulis kepada Republika.

Dia mendorong pengembangan sumber pangan lokal berbasis komunitas sebagai solusi untuk membangun ketahanan pangan nasional perlu terus digalakkan. Menurut Hayu, kekuatan sosial jauh lebih penting dbandingkan dengan kekuatan teknis.

"Dengan memberdayakan komunitas lokal, kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih resilient dan berkelanjutan," jelas Hayu.

Faiza Fauziah, Koordinator Aliansi Pemuda Lintas Agama untuk Iklim (Interfaith Youth Climate Alliance -IYCA) menjelaskan, Warung Belajar edisi Urban Farming ini menghadirkan materi dan lokakarya tentang praktik urban farming di tengah kota Jakarta, yang diinisiasi oleh Trilogi Berkebun.

"Para peserta belajar secara langsung tentang teknik berkebun di kota, perawatan tanaman, dan manfaat urban farming bagi lingkungan dan ketahanan pangan," kata dia.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran terkait isu krisis iklim dan ketahanan pangan. Selain itu, kegiatan ini memberikan pemahaman terkait edukasi praktis tentang urban farming.

"Kegiatan ini juga memperkuat jaringan komunitas peduli lingkungan yang dapat berbagi pengalaman dan solusi terkait pertanian perkotaan," tambah Faiza.

Peserta yang hadir sekitar 35 orang, terdiri atas mahasiswa dan pemuda yang tertarik dengan isu lingkungan dan ketahanan pangan, serta mempelajari praktik pertanian perkotaan.

Dalam kesempatan tersebut, Trilogi Berkebun menyampaikan materi pelatihan inovatif berkebun di kota, yang kali ini memperkenalkan teknik budidaya Ubi Jalar dengan metode Wiremesh Tower Garden (WTG).

Kegiatan yang berlangsung di Jakarta ini bertujuan memberikan solusi berkebun yang hemat tempat, cocok untuk lahan pekarangan perkotaan, serta mampu menghasilkan sayuran lebih bersih dan berlimpah.

Warid, penggerak urban farming di Jabodetabek, yang menjadi salah satu narasumber utama dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa teknik WTG menawarkan berbagai keunggulan.

“WTG bisa menjadi solusi berkebun yang efektif di lahan terbatas seperti perkerasan. Dengan metode ini, kita bisa menanam berbagai jenis tanaman dalam satu wadah, yang tidak hanya menghasilkan sayuran segar, tapi juga mengurangi gulma dan hemat ruang,” paparnya.

Didukung oleh Jenny Fitria Wandri, pelatihan ini semakin interaktif melalui praktik langsung, di mana Jenny menunjukkan cara merakit WTG menggunakan kawat wiremesh 2x2 cm, trashbag, dan botol bekas sebagai media tanam sekaligus mini komposter.

“WTG tak hanya mendukung urban farming, tetapi juga membantu mengurangi sampah organik rumah tangga karena bisa berfungsi sebagai komposter mini,” ujarnya.

Metode yang diperkenalkan ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat perkotaan untuk mulai berkebun di lahan terbatas, memanfaatkan halaman yang kurang subur atau berkerasan, dan menghasilkan tanaman pangan yang lebih bersih dan melimpah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement