Jumat 18 Oct 2024 14:34 WIB

RS Indonesia di Gaza Hadapi Krisis Serius

Agresi Israel berdampak signifikan bagi operasional RS Indonesia di Jalur Gaza, Pales

DOKUMENTASI  Gambar satelit menampilkan RS Indonesia di Jabaliya, Jalur Gaza, Palestina, pada akhir November 2023.
Foto: Satellite image ©2023 Maxar Technologies via
DOKUMENTASI Gambar satelit menampilkan RS Indonesia di Jabaliya, Jalur Gaza, Palestina, pada akhir November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agresi terbaru pasukan penjajahan Israel (IDF) di Jalur Gaza, Palestina, menyebabkan situasi genting bagi operasional Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza Utara. Hal itu disampaikan Liaison Officer Emergency Medical Team (EMT) MER-C, Marissa Noriti.

“Saat ini, RS Indonesia sedang menghadapi kekurangan makanan, perlengkapan medis, dan stok bahan bakar yang serius,” ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Jumat (18/10/2024).

Baca Juga

Menurut Marissa, sudah belasan hari sejak IDF memutus semua pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza Utara. Militer zionis itu juga tak henti menjatuhkan serangan udara terhadap area di sekitar RS Indonesia. Agresi Israel kian mengancam operasional rumah sakit serta menyebabkan seluruh pasien dan staf medis kelaparan.

"Adakah yang lebih buruk? Mengapa seluruh dunia hanya diam. Kita perlu bertindak sekarang!" tegas dia.

Marissa mengungkap, RS Indonesia telah menerima kiriman bahan bakar, tetapi itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional. Saat ini, sebanyak 80 orang masih bertahan di RS Indonesia. Di antara mereka adalah para pasien dan anggota keluarganya, serta 14 perawat dan dua dokter gawat darurat.

“Empat pasien kritis perlu segera dipindahkan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit lain karena kurangnya perlengkapan medis di sini. RS Indonesia hanya dapat menangani anak-anak, luka ringan dan pasien yang sudah ada,” kata Marissa.

Sejak Ahad (6/10/2024) lalu, Israel telah mengultimatum rumah-rumah sakit di Gaza Utara, termasuk RS Indonesia, RS Kamal Adwan, dan RS al-Awda. Ketiga RS itu diseru agar segera melakukan evakuasi dalam waktu 24 jam.

Namun, para tenaga kesehatan di RS Indonesia tidak gentar. Mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Marissa mengatakan, seluruh staf medis tetap berkomitmen dalam pekerjaan mereka walau itu berarti hanya merawat satu orang pasien.

Adapun dua relawan Indonesia yang sebelumnya tinggal di RS Indonesia, yakni Ir Edy Wahyudi dan Fikri Rofiul Haq, telah berhasil dievakuasi dengan selamat ke RS al-Ahli sejak Senin (7/10/2024) lalu.

“Kemudian, pada Kamis 10 Oktober, tim relawan kami tiba di RS Shifa untuk bertemu dengan konvoi PBB dan juga didukung oleh Cadus, sebuah NGO (LSM) internasional yang membantu evakuasi relawan kami ke Deir al-Ballah," jelas dia.

Saat ini, ada empat relawan MER-C di Deir al-Balah, Gaza Tengah. Mereka semuanya dilaporkan dalam kondisi baik.

MER-C juga sedang mempersiapkan tim medis keenam untuk bertugas di RS Indonesia. Pengiriman tim ini akan dilakukan pada akhir Oktober 2024 jika situasi memungkinkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement