REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era digital saat ini, internet dinilai telah menjadi sarana utama bagi banyak orang untuk mencari informasi, termasuk untuk belajar agama. Meski demikian, banyak yang mengingatkan, jika mengandalkan sebatas internet, khususnya Google, bisa berisiko menyesatkan apalagi tanpa disertai panduan yang tepat.
Ustadz Ahmad Sarwat, Lc.MA dalam bukunya, Mengaji kepada Ustadz Google mengungkapkan, Google dan mesin pencari lainnya hanyalah alat untuk menemukan informasi, bukan sumber ilmu yang dapat dijadikan pegangan mutlak.
Menurut dia, informasi yang didapatkan dari internet harus diverifikasi lebih lanjut dengan membuka kitab-kitab asli atau merujuk kepada ulama yang kompeten di bidangnya.
Pengasuh Rumah Fiqih tersebut menjelaskan, masalah besar yang sering muncul adalah banyaknya tulisan agama di dunia maya yang anonim, tidak jelas asal-usulnya, dan sering kali ditulis oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang keilmuan yang kuat.
Dia mengungkapkan, fenomena ini menciptakan kebingungan di kalangan masyarakat awam yang mungkin tidak memiliki kemampuan untuk membedakan mana informasi yang valid dan mana yang hanya opini pribadi atau bahkan sesat. Oleh karena itu, penting bagi siapa pun yang ingin mempelajari agama lewat internet untuk selalu merujuk kepada guru yang ahli dan kompeten.
Selain itu, Ustadz Ahmad Sarwat juga menjelaskan, meski internet dapat memudahkan akses terhadap berbagai literatur agama, rujukan ilmiah yang ideal tetap harus berasal dari buku-buku terpercaya, baik dalam bentuk cetak maupun digital.