REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Matsnawi, Jalaluddin Rumi memaparkan ciri-ciri cinta. Pertama, segala bentuk ekspresi cinta adalah baik. Kedua, cinta berbeda dari perasaan suka atau duka. Terakhir, cinta tak menuntut ganjaran, baik itu surga ataupun neraka.
Rumi membuka Matsnawi dengan kisah seruling buluh yang terpisah dari induknya, yakni rumpun bambu. Perasaan terpisah dari asalnya itu membuat seruling tersebut menyanyikan lagu yang penuh ekspresi kerinduan. Dalam syairnya, penyair dari abad ke-13 M itu melukiskan, tujuan kerinduan hanya mungkin diraih melalui cinta.
"Setiap orang yang tinggal jauh dari sumbernya ingin kembali kepada saat ketika dia masih bersatu dengannya," tulis Rumi.
Seruling bambu adalah metafora untuk insan yang mengalami kerinduan kepada Allah SWT. Sebab, sumber segala sesuatu adalah Tuhan.
Bagi para pencinta yang beriman teguh, tentunya mengharapkan seruan-Nya, seperti diabadikan dalam Alquran surah al-Fajr ayat 27-30. "Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Puncak cinta adalah kefanaan diri. Rumi mengistilahkan tahap ini sebagai baqa'. Di sini, seseorang tak lagi dibebani kepentingan nafsu rendah atau diri sendiri dalam melaksanakan tiap kewajibannya.
Tanda seseorang yang telah menerima pencerahan ialah mampu melihat dunia dalam sudut pandang yang berbeda dari orang kebanyakan. Sepanjang sejarah, para nabi dan rasul merupakan golongan yang tercerahkan. Mereka mampu menunjukkan jalan keluar kepada umat manusia yang mengalami kebuntuan.
Rasulullah Muhammad SAW merupakan contoh agung dalam hal ini. Menurut Rumi, siapapun yang menganggap Nabi Muhammad SAW hanyalah manusia biasa telah gagal menyadari adanya cahaya Ilahiah di dalam diri beliau yang menerangi hatinya.
Nabi SAW merupakan manusia utama (insan kamil) yang telah memperoleh pencerahan agung. Para wali, ahli tasawuf, maupun orang-orang yang beriman teguh berupaya meneladani beliau. Mencintai Allah SWT dapat dimulai dari mencintai Rasululullah SAW dan segala yang dicintai beliau shallallahu 'alaihi wasallam.