Selasa 15 Oct 2024 11:00 WIB

Dewan Keamanan PBB Angkat Bicara Soal UNIFIL Diserang Israel

Dewan Keamanan PBB Tekankan pentingnya keselamatan pasukan UNIFIL.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah menyatakan dukungannya terhadap pasukan UNIFIL di Lebanon selatan menyusul serangkaian serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin yang tidak secara khusus menyebutkan Israel, dewan yang beranggotakan 15 orang mendesak “Semua pihak untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel dan tempat UNIFIL”.

Baca Juga

"Mereka mengingatkan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB dan markas PBB tidak boleh menjadi sasaran serangan," bunyi pernyataan tersebut. "Mereka menegaskan kembali dukungan mereka kepada UNIFIL, menggarisbawahi perannya dalam mendukung ketidakstabilan regional."

Pernyataan itu muncul saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara terkait pasukan penjaga perdamaian PBB , dengan menyerukan mereka untuk “memperhatikan permintaan Israel dan untuk sementara waktu menjauh dari bahaya”.

Pemerintah Israel telah menuntut agar UNIFIL meninggalkan posisinya di Lebanon, tempat Israel telah meningkatkan operasi darat dan kampanye pemboman besar-besaran yang telah menewaskan ratusan orang dan membuat seperempat penduduk negara itu mengungsi.

“Pertemuan ini adalah tentang Dewan Keamanan yang bersatu untuk memberikan pernyataan dengan satu suara dukungan kepada UNIFIL,” kata wartawan Al Jazeera Gabriel Elizondo melaporkan dari markas besar PBB di New York.

Pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan pasukan Israel telah menyerang posisi mereka beberapa kali selama seminggu terakhir, dengan dua orang terluka setelah Israel menargetkan markas besar UNIFIL dua kali dalam periode 48 jam.

Tank-tank Israel juga menghancurkan gerbang posisi UNIFIL selama akhir pekan.

Serangan tersebut telah dikecam secara luas, termasuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Minggu bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan pelanggaran hukum internasional dan “dapat merupakan kejahatan perang”.

Pasukan PBB mengatakan mereka akan tetap berada di tempatnya, meskipun ada tekanan dari Israel agar meninggalkan posisinya.

"Kami akan tetap tinggal. Kami berada di selatan Lebanon berdasarkan mandat Dewan Keamanan, jadi penting untuk mempertahankan kehadiran internasional dan menjaga bendera PBB di wilayah tersebut," kata juru bicara kelompok tersebut pada hari Senin.

UNIFIL terdiri dari sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian dari lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia, India, dan Irlandia.

Pada hari Minggu, PBB mengatakan telah mengamati 1.557 insiden di Garis Biru, titik demarkasi antara wilayah Lebanon dan wilayah yang dikuasai Israel, dengan 93 persen tembakan itu berasal dari Israel ke Lebanon.

"Ada beberapa negara yang memiliki cukup banyak pasukan penjaga perdamaian di sana. Ada yang jumlahnya ratusan, ada pula yang jumlahnya lebih dari seribu," kata Elizondo dari Al Jazeera tentang UNIFIL.

“Jadi mereka mengawasi hal ini dengan sangat ketat, karena ada banyak negara yang menempatkan beberapa warga negaranya sebagai bagian dari penempatan ini yang kini berisiko, dan risikonya tinggi.”

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement