REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim menanggapi serangan yang dilakukan oleh tentara Israel (IDF) terhadap markas pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Menurutnya, serangan Israel itu adalah kebejatan moral dan rusaknya akal dan mental tentara Israel, dan rusaknya pemerintah Israel secara umum.
"Serangan ini memperpanjang deretan kasus yang membuktikan bahwa Israel memang tidak akan pernah menghormati hukum internasional, tidak berniat menciptakan perdamaian dan justru membuat kerusuhan mengancam dan menghancurkan keamanan, dan yang sangat mengerikan adalah membunuh warga sipil," kata Sudarnoto kepada Republika, Jumat (11/10/2024).
Menurutnya, tindakan yang menggila ini tidak boleh dibiarkan, tidak boleh ditonton dan diratapi oleh siapapun. Cara-cara ini sama sekali tidak akan bisa menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh tentara Israel atau IDF. Harus menunggu separah apalagi untuk menghentikan IDF?
"Saatnya sekarang negara-negara pembela Palestina termasuk negara Timur Tengah berkonsolidasi dengan sungguh-sungguh dan bergerak cepat secara bersama-sama hentikan dengan paksa kelakuan Israel," ujarnya.
Ketua MUI itu menegaskan, Indonesia sebagai sebuah negara yang penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina juga perlu mendorong untuk menghentikan Israel. Apalagi dua orang Indonesia dari pasukan perdamaian PBB ini juga menjadi korban. Presiden perlu segera bersikap secara terbuka bersama dengan yang lain untuk lakukan langkah hentikan kejahatan Israel.
"Patut dipertimbangkan untuk lakukan dua langkah aliansi negara-negara pembela Palestina. Pertama, cara diplomatik meyakinkan, mendesak Amerika untuk tidak lagi menjadi backbone secara ekonomi, politik, diplomatik, dan militer negara teroris Isreal. Kedua, cara militer yaitu mendesak IDF mundur sekaligus melindungi warga sipil dari kebengisan genosida Israel," jelas Sudarnoto.
Ia mengatakan, semua negara-negara di dunia dan masyarkat seluruh dunia tidak mungkin lagi membiarkan Israel.
Sebelumnya diberitakan, pasukan Israel melepaskan tembakan ke tiga posisi yang dikuasai pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Kamis kemarin. UN News mengkonfirmasi serangan dan menyatakan markas UNIFIL ditembaki tank Merkava milik Israel.
Sumber tersebut mengatakan salah satu lokasi yang ditembaki adalah markas utama UNIFIL di Naqoura. Menara pengawas di pangkalan utama pasukan di Naqoura itu disebut jadi sasaran penembakan oleh tank Merkava Israel.
Dua penjaga perdamaian pasukan UNIFIL dilaporkan terluka ringan dalam insiden itu. Tidak ada korban dalam dua insiden lainnya, satu pada Rabu dan satu lagi pada Kamis. Dalam kedua kasus tersebut, posisi UNIFIL ditembaki Israel, kata sumber tersebut.
Media Italia ANSA melansir bahwa sumber mereka di Lebanon melaporkan, seorang tentara Indonesia jadi korban serangan Israel terhadap pos pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Kamis. Selain WNI itu, pos Italia juga diserang.
“Menurut sumber militer Lebanon, pasukan penjaga perdamaian tersebut adalah warga negara Indonesia yang terluka ketika tank Israel melepaskan tembakan ke menara observasi di pangkalan tersebut,” tulis ANSA yang merupakan media terkemuka di Italia tersebut. Sumber medis setempat mengatakan kedua penjaga perdamaian PBB tersebut tidak mengalami cedera serius.