REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan ini, sebagai khalifah Allah di bumi (QS al-Baqarah: 30), kita sudah sepantasnya mengikuti semua perintah-Nya, meninggalkan semua larangan-Nya, dan ridha atas semua ketetapan-Nya, agar bisa selamat baik di dunia maupun akhirat. Dalam semua aktivitas kita, baik ritual maupun nonritual, kita perlu melibatkan Allah.
Apalagi, dalam dunia modern saat ini yang relatif kompleks, berubah cepat, dan penuh ketidakpastian, yang kerap dideskripsikan dengan kondisi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguous) dan BANI (brittle, anxious, non-linear, and incomprehensible).
Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana cara melibatkan Allah dalam aktivitas keseharian kita? Dari berbagai sumber, penulis mencoba meringkaskan sejumlah kiat untuk pelibatan Allah ini, yaitu sebagai berikut.
Pertama, sebagai fondasi agar selalu dapat ingat kepada Allah dalam segala kondisi. Ini sesuai dengan prinsip ihsan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis sahih. Kita harus selalu mencoba mengenal Allah dengan lebih baik; yaitu dengan terus meningkatkan kualitas dan kapasitas iman, ilmu, dan amal ibadah kita.
Kedua, selalu niatkan sebelum beraktivitas bahwa semuanya demi mencari keridhaan Allah. Karena ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW: “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya” (HR Bukhari: 6439).
Ketiga, rencanakan semua tahapan aktivitas yang akan dilaksanakan secara baik sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang terkait, dan pastikan bahwa tidak ada sesuatu pun yang akan mengundang murka Allah.
Keempat, selalu mulai setiap aktivitas dengan membaca bismillah, agar semua aktivitas dapat berjalan dengan baik dan dibimbing oleh-Nya. Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa “Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim, amalan tersebut terputus berkahnya” (HR al-Khatib). Para ulama juga mengingatkan bahwa kalau tidak dimulai dengan bismillah, setan akan ikut berpartisipasi dalam aktivitas kita.
Kelima, dalam menjalani seluruh tahapan aktivitas, keep online dengan Allah, dengan doa, istighfar, zikir, shalawat, dan amal ibadah. Ini perlu kita lakukan agar keberkahan-Nya selalu meresapi relung-relung aktivitas kita.
Keenam, apa pun hasil yang kita peroleh setelah berusaha melibatkan Allah secara maksimal, maka kita harus berprinsip alhamdulillahi ala kulli hal yang artinya “segala puji bagi Allah atas segala keadaan” (HR Ibnu Majah: 3793).
Kalau hasilnya baik sesuai harapan, kita bersyukur, dan kalau tidak kita bersabar, sesuai dengan pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis riwayat Muslim. Bisa jadi sesuatu yang kita benci ternyata baik bagi kita, dan sesuatu yang kita sukai sebenarnya buruk bagi kita (QS al-Baqarah: 216).