Ahad 29 Sep 2024 14:48 WIB

Usai Bunuh Hasan Nasrallah, Israel Kembali Berlindung di Bawah 'Ketiak' AS

Netanyahu telah berulangkali melewati batas merah.

Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Setelah melakukan pembunuhan terhadap pimpinan Hizbullah Hasan Nasrallah, penjajah Israel kembali meminta Amerika Serikat bertindak untuk mencegah Iran melancarkan serangan balasan, kata pejabat Israel dan AS kepada Barak Ravid dari Axios pada Sabtu.

Perang Israel yang didukung Amerika Serikat dengan genosida di jalur Gaza  telah berkecamuk selama hampir setahun. Pembantaian yang menewaskan lebih dari 41 ribu jiwa tersebut masih berlangsung yang kemudian melebar dengan agresi brutal Israel di Lebanon dan sudah merenggut  ribuan nyawa.

Baca Juga

Sementara itu, Iran telah mengambil pendekatan yang tidak terlalu konfrontatif, menurut Axios. Meski demikian, pembunuhan pimpinan sekutu utamanya dengan secara terang-terangan melanggar kedaulatan Lebanon diperkirakan akan menyebabkan respons besar Iran.

Militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut, yang menghancurkan beberapa bangunan pada Jumat lalu. Akibat serangan tersebut, Hasan Nasrallah gugur. Hizbullah yang sudah mengonfirmasi kematian pimpinannya itu  berjanji untuk tetap teguh pada jalan yang telah digariskan Hasan Nasrallah selama beberapa dekade saat ia menjabat sebagai sekretaris jenderal Hizbullah.

Iran telah berupaya menghindari perang regional. Sementara Israel terus-menerus mendorong kawasan itu ke ambang perang melalui pembunuhan dan kejahatan perang yang berulang-ulang.Namun, menurut Axios, pembunuhan Sayyed Nasrallah dapat mendorong Teheran ke dalam perang.

Presiden AS Joe Biden mengeluarkan pernyataan pada Sabtu, menginstruksikan Menteri Pertahanan untuk "lebih meningkatkan postur pertahanan" pasukan militer AS di Timur Tengah. Biden ingin mencegah eskalasi apa pun, dengan mengklaim hal ini dilakukan untuk mencegah agresi dan mengurangi risiko perang regional yang lebih luas.

Netanyahu bikin frustrasi..

 

sumber : Al-Mayadeen
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement