Kamis 26 Sep 2024 16:57 WIB

Perang Lebanon, Yunani Evakuasi Warganya Sementara Prancis Dorong Genjatan Senjata

Israel terus melakukan serangan intensif ke wilayah Lebanon

Mobil-mobil terjebak kemacetan ketika orang-orang meninggalkan desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Kapal perang Yunani "Elli" telah ditempatkan di sekitar Lebanon untuk mendukung upaya evakuasi warga negara asing karena serangan Israel di wilayah tersebut semakin intensif.

Pengumuman ini menyusul imbauan terbaru dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Yunani mendesak warga negaranya di Lebanon untuk segera meninggalkan Lebanon. Saat ini, ada sekitar 3.000 warga negara Yunani yang tinggal di Lebanon

Baca Juga

Dikutip dari laman The Greek Herald, Kamis (26/9/2024), menurut Kemenlu Yunani, Menteri Luar Negeri George Gerapetritis baru-baru ini memberi tahu mitranya dari Lebanon bahwa Yunani berencana mendesak Uni Eropa (UE) untuk membantu menyediakan perawatan medis bagi warga negara Lebanon yang terluka.

Pejabat Israel mengeluarkan peringatan pekan ini tentang kemungkinan operasi darat di Lebanon, yang meningkatkan kekhawatiran di wilayah tersebut. Sebagai tanggapan, bandara dan pelabuhan di Siprus dalam keadaan siaga tinggi.

Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan pengerahan 700 tentara ke Siprus untuk membantu evakuasi warga negara Inggris dari Lebanon, sementara juga menyarankan agar tidak melakukan perjalanan ke negara tersebut.

Konflik yang sedang berlangsung telah mengakibatkan lebih dari 600 kematian dan menyebabkan sedikitnya 90 ribu orang mengungsi di Lebanon pekan ini, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Dikutip dari laman RTE (Raidio Teilifís Eireann), Kamis (26/9), Prancis meluncurkan proposal untuk gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon dalam diplomasi PBB dengan Amerika Serikat (AS) saat jumlah korban yang meninggal meningkat dalam serangan mematikan oleh Israel terhadap Hizbullah.

Tidak lama setelah pembicaraan di PBB antara Presiden Joe Biden dan Emmanuel Macron, Prancis menguraikan proposal tersebut pada sesi darurat Dewan Keamanan PBB.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan bahwa kedua kekuatan Barat mengusulkan gencatan senjata sementara selama 21 hari untuk memungkinkan negosiasi. "Sangat mendesak bagi semua aktor untuk terlibat dengan tegas di jalur de-eskalasi," kata Barrot.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak gencatan senjata segera di Lebanon dan memperingatkan bahwa "neraka sedang terjadi."

Israel mengatakan bahwa mereka menyambut baik diplomasi di Lebanon tetapi berjanji untuk mengejar tujuannya untuk menjatuhkan Hizbullah.

"Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berupaya sungguh-sungguh dengan diplomasi untuk menghindari eskalasi, untuk menghindari perang besar," kata utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, kepada wartawan sebelum memasuki sesi tersebut.

"Kami akan menggunakan segala cara yang kami miliki, sesuai dengan hukum internasional, untuk mencapai tujuan kami," kata Danon.

BACA JUGA: Apa yang Janggal dari Perang Israel Vs Hizbullah? Ya, Israel Sembunyikan Kerugiaannya

Kekerasan itu terjadi setelah kegagalan mencapai gencatan senjata di Gaza. Gaza adalah wilayah yang dijajah Israel dan sedang digempur Israel selama satu tahun terakhir ini.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi memperingatkan bahwa Iran, yang dalam beberapa minggu terakhir telah menahan serangan balasan terhadap Israel setelah serangan yang menargetkan kepentingan Iran, mungkin tidak akan bisa lagi menahan diri.

"Kawasan ini berada di ambang bencana besar. Jika tidak dicegah, dunia akan menghadapi konsekuensi yang sangat buruk," katanya kepada wartawan.

Sebelumnya, kelompok Hizbullah...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement