REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sayyidina Shuhaib RA dan Sayyidina 'Ammar RA memeluk lslam dalam waktu yang sama. Pada waktu itu,
Baginda Nabi SAW sedang berada di rumah Sayyidina
Arqam Rodhiyatlahu 'anhu.
Kedua orang ini berangkat dari tempat yang berbeda untuk menemui Baginda Nabi SAW. Secara kebetulan mereka berdua bertemu di depan pintu rumah Sayyidina Arqam Radhiyallohu 'onhu. Keduanya saling menanyakan maksud kedatangan masing-masing.
Ternyata maksud kedatangan mereka berdua sama, yakni
untuk memeluk lslam dan berusaha mengambil keberkahan dari Baginda Nabi Shallollahu'alaihi wasallam.
Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu 'anhu pun masuk lslam. Setelah ia masuk lslam, ia juga mengalami penderitaan seperti Kaum Muslimin yang jumlahnya masih sangat sedikit dan lemah. la disakiti dengan berbagai macam cara.
Akhirnya, karena tidak tahan menanggung penderitaan itu, ia berniat untuk hijrah. Namun, Kaum Kafir Quraisy sangat tidak suka bila orang-orang lslam pergi ke tempat lain dan hidup dengan tenang.
Apabila orang-orang kafir itu mendengar ada orang lslam yang akan berhijrah, mereka akan berusaha menghalang-halanginya. Orang-orang kafir Quraisy pun mengirim serombongan orang untuk mengejar dan menangkap Sayyidina Shuhaib.
Sayyidina Shuhaib RA membawa satu wadah yang penuh dengan anak panah. la berseru kepada Kaum Kafir Quraisy, "Dengarkanlah! Kalian tahu aku pemanah yang paling mahir di antara kalian. Selama masih tersisa satu anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku. Jika anak-anak panah ini habis, akan kugunakan pedangku untuk melawan kalian, sehingga pedang ini terlepas dari tanganku. Setelah itu,
berbuatlah semampumu. Tetapi, jika kalian mau, sebagai ganti nyawaku,
kalian akan kuberitahu tempat hartaku di Makkah, dan akan aku berikan
kepada kalian kedua budak perempuanku. Ambillah semuanya."
Kaum Kafir menyetujui usul tersebut. Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu 'anhu menyerahkan hartanya, kemudian melepaskan diri. Terhadap kejadian ini, maka turunlah ayat Al-Qur'an:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ
Wa minan-nāsi may yasyrī nafsahubtigā`a marḍātillāh, wallāhu ra`ụfum bil-'ibād
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Ketika itu, Baginda Nabi SAW sedang berada di Quba. Saat melihat kedatangan Sayyidina Shuhaib, beliau bersabda, "Sangat beruntung perniagaanmu, wahai Shuhaib."
Sayyidina Shuhaib, "Suatu ketika, Baginda Rasulullah SAW sedang memakan kurma, dan aku menyertai beliau makan. Ketika itu, salah satu mataku sedang sakit, lalu Baginda Nabi SAW berkata, 'Hai Shuhaib, matamu sakit, tetapi kamu memakan kurma?' Aku menjawab, 'Ya Rasulullah, aku makan dengan sebelah mataku yang sehat ini.'
Baginda Rasulullah tertawa mendengar jawabanku."
Sayyidina Shuhaib banyak membelanjakan harta di
jalan Allah Subhaonahu woto'olo, sehingga Sayyidina Umar Radhiyallahu'anhu pernah berkata kepadanya, "Engkau telah berlebih-lebihan, wahai Shuhaib!"
Sayyidina Shuhaib menjawab, "Aku tidak menggunakannya
untuk hal yang sia-sia." Ketika Sayyidina Umar Radhiyollohu 'anhu hampir wafat, ia berwasiat agar Sayyidina Shuhaib Rodhiyallohu 'anhu mengimami sholat jenazahnya. (dari Kitab Usudul Ghabah)