Rabu 18 Sep 2024 15:13 WIB

Raja Mengaku Tuhan pada Zaman Rasulullah

Raja ini akhirnya bertobat dan bersurat kepada khalifah Umar.

ILUSTRASI Berhala pada zaman Jahiliyah. Pada masa Nabi SAW, terdapat seorang raja yang kafir.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Berhala pada zaman Jahiliyah. Pada masa Nabi SAW, terdapat seorang raja yang kafir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW berdakwah untuk seluruh kalangan. Dalam melakukan syiar Islam, beliau menempuh cara-cara persuasif. Sebab, tak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah: 256).

Di daerah Tahaif, terdapat sebuah kerajaan kecil yang dipimpin Dzul Kala. Seperti banyak pemuka kabilah Jazirah Arab kala itu, ia belum berislam. Maka Nabi Muhammad SAW pernah mengutus seorang sahabat beliau, Jabir, untuk menemui dan mengajak si pemimpin agar bersedia memeluk agama tauhid.

Baca Juga

Dzul Kala memang dihormati sebagai raja yang ditaati rakyatnya sendiri. Bahkan, lebih dari itu. Ia sampai-sampai mengaku dirinya adalah tuhan di hadapan mereka.

Hingga Rasulullah SAW wafat, Dzul Kala masih enggan memeluk Islam. Sampailah pada masa pemerintaha Khalifah Umar bin Khattab.

Setelah berbagai misi dakwah, barulah Dzul Kala tertarik pada Islam. Raja itu kemudian mengirimkan seorang utusan yang didampingi delapan ribu orang untuk menemui Khalifah Umar.

Akhirnya, sang raja itu mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bimbingan sejumlah delegasi Umar. Dzul Kala kemudian membebaskan sebanyak empat ribu budak miliknya.

Umar berkata, "Wahai Dzul Kala, jual saja kepadaku sisa budak yang ada di bawah kekuasaanmu! Aku akan membayar sepertiga dengan uang kontan di sini, sepertiga dengan negeri Yaman, dan sepertiga lagi dengan Syam."

Dzul Kala menjawab, "Beri aku kesempatan hari ini untuk berpikir."

Ia pun pulang ke istananya. Sampai di kediamannya, Dzul Kala ternyata membebaskan semua budaknya--tanpa kecuali.

Keesokan harinya, ia menemui Khalifah Umar.

"Bagaimana dengan ucapanku kemarin untuk membeli budak?" tanya Umar.

"Allah telah memberi kebaikan kepadaku dan kebaikan kepada mereka daripada apa yang kamu tawarkan," papar Dzul Kala.

"Apa itu?"

"Mereka semua aku sudah merdekakan karena Allah," ucap Dzul Kala.

"Benarkah itu?"

"Umar, aku mempunyai dosa. Aku kira Allah tidak mengampuniku," ucap Dzul Kala, "aku telah menyuruh rakyatku supaya menyembahku. Dari tempat yang tinggi, aku selalu mengawasi mereka. Beribu-ribu manusia sujud kepadaku."

Umar menasihati, "Bertobatlah engkau dengan ikhlas. Kembalilah kepada Allah dengan meninggalkan semuanya. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah."

Maka, Dzul Kala pun bertobat dengan sebenar-benarnya tobat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement