REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan soal adanya fitnah. Dalam riwayat Abdullah bin Amir bin 'Ash RA, dia berkata, "Saat kami berada di sisi Rasulullah SAW, beliau membahas soal fitnah. Beliau SAW bersabda, 'Jika kalian melihat janji-janji manusia telah rusak, amanah yang mereka emban itu luntur, dan mereka begini (Nabi Muhammad SAW merenggangkan jari-jarinya).'
Lalu Abdullah bangkit ke arah Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya, "Jadi apa yang harus aku lakukan?"
Nabi Muhammad SAW menjawab, "Tetaplah di rumah, kendalikanlah lisanmu, lakukan apa saja yang kau ketahui, tinggalkan hal-hal yang kamu tidak ketahui, fokus urusilah urusanmu sendiri, dan jauhilah urusan orang-orang." (HR Abu Dawud)
Hadits tersebut seolah-olah meminta untuk tidak perlu mendengarkan orang lain atau mencari pertolongan orang lain. Namun, jika menemukan orang yang bisa bekerja sama dengannya dan mendapat faedah darinya, maka tidak dibenarkan untuk mengasingkan diri atau hidup dalam kesendirian.
Justru sebaliknya, dalam konteks tersebut, seseorang harus bergaul dengan orang lain dan bersabar dengan mereka. Para pengarang kitab Sunan meriwayatkan dari jalur Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Jika seorang Muslim bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka maka itu lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka."
Dalam konteks di mana dalam pergaulan itu terdapat fitnah, maka kesendirian itu lebih baik.
Dari Abu Said Al Khudri, Rasulullah SAW bersabda, "Akan datang suatu masa di mana harta seseorang yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya menyusuri perbukitan dan lembah-lembah tempat turunnya air hujan, karena dia lari menyelamatkan agamanya untuk menghindari fitnah." (HR Bukhari)