REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara seluruh pemimpin dalam sejarah Kekhalifahan Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz adalah yang paling masyhur. Namanya harum, baik ketika masih hidup maupun sesudah wafatnya. Umumnya sejarawan sepakat, sosok berjulukan Umar II--dengan menganggap Umar I adalah Umar bin Khattab al-Faruq--tersebut adalah amirul mukminin yang otentik.
Tidak seperti umumnya penguasa Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz bertindak sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat. Tidak pernah memosisikan dirinya sebagai raja, yang segala tindak-tanduknya harus dimaklumi.
Meniru kakek buyutnya, yakni Umar al-Faruq, ia sangat takut akan hari ketika kepemimpinannya atas rakyat mesti dipertanggungjawabkan kepada Allah. Dirinya sungguh-sungguh hidup dalam kezuhudan.
Allah menakdirkan masa kekuasaan dan kehidupannya "tidak lama." Sang khalifah Umayyah berkuasa selama dua tahun 137 hari. Dirinya wafat dalam usia 37 tahun.
Sebelum meninggal, Umar bin Abdul Aziz sempat mengunjungi Khunasirah. Di daerah ini, ia membeli sebidang tanah yang tak begitu luas dengan uang tabungannya sendiri.
Sepulang dari sana, Umar jatuh sakit. Dalam keadaan terbaring dan lemah, ia ditemani sejumlah anggota keluarga, termasuk istrinya, Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan.
Tiba-tiba, Umar berkata kepada semua orang di ruangan, "Pergilah kalian semua dari sisiku. Sungguh, aku melihat makhluk yang semakin banyak di sekitarku. Mereka bukan jin. Bukan pula manusia.”
Para anggota keluarga yang hadir pun menuruti keinginannya. Seorang di antara mereka, Maslamah bin Abdul Malik bin Marwan, menuturkan momen itu.
"Setelah disuruh demikian, kami pun pergi dan menyingkir dari sisinya. Kemudian, dari luar ruangan kami mendengar ia (Umar bin Abdul Aziz) mengucapkan surah," kenangnya.
Surah yang dimaksud adalah al-Qashash ayat ke-83.
تِلۡكَ الدَّارُ الۡاٰخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِيۡنَ لَا يُرِيۡدُوۡنَ عُلُوًّا فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فَسَادًا ؕ وَالۡعَاقِبَةُ لِلۡمُتَّقِيۡنَ
Artinya, "Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa."
"Selanjutnya," tutur Maslamah lagi, "tidak ada lagi terdengar suara dari dalam kamar. Kami berdiri dan kembali masuk. Kami lihat, ia di sana sudah wafat dalam keadaan tenang.”