Jumat 23 Aug 2024 21:35 WIB

Keutamaan Menjadi Ulil Albab

Rasulullah SAW terharu merenungi hikmah ayat tentang ulil albab.

Ilustrasi Ilmuwan Muslim
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Ilmuwan Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap subuh, seperti biasanya, Bilal bin Rabah mengumandangkan azan di Masjid Nabawi. Begitu mendengar azan, Rasulullah SAW akan segera masuk masjid.

Namun, pada suatu subuh, sekalipun adan selesai berkumandang, Nabi SAW belum juga muncul di masjid. Ini membuat Bilal bertanya-tanya. Akhirnya, dia pun pergi ke rumah Nabi SAW yang terletak di samping masjid.

Baca Juga

Setelah ucapan salam dan tiga kali ketukan pintu tak terjawab, Bilal lalu memberanikan diri membuka pintu rumah Nabi SAW, karena khawatir Nabi SAW sakit.

Setelah masuk, didapatinya Nabi sedang menangis. Bilal kaget dan bertanya kalau-kalau Nabi sakit. Namun, Nabi SAW menggeleng. "Tapi kenapa Engkau menangis ya Rasulullah?" tanya Bilal.

Rasul SAW pun menjawab, baru saja turun ayat yang kalau direnungkan, kata Rasul, akan mengubah dunia ini.

Ayat yang dimaksud Nabi itu, kini tertulis dalam Alquran, surah Ali Imran ayat 190-191. Artinya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal (ulil albaab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berakata, 'Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'"

***

Menurut ahli sejarah, para ilmuwan muslim terdahulu giat melakukan penelitian dan pencarian ilmu berdasarkan ayat-ayat tadi. Ditemukannya sejumlah ilmu seperti matematika, biologi, fisika, kedokteran, sosiologi, sejarah, musik, dan sebagainya, adalah karena dorongan ayat-ayat itu.

Dengan semangat mengamalkan perintah Allah, para ulul albab (ilmuwan muslim) generasi pertama melahirkan ilmu-ilmu baru, di samping menerjemahkan ilmu-ilmu yang ada ke dalam bahasa Arab seraya membersihkan unsur-unsur syirik dan takhayulnya.

Dunia pun menemukan dirinya dalam peradaban Islam yang gilang gemilang. Pada masa sekarang ini, semangat ulul albab generai pertama itu perlu direaktualisasikan kembali perannya.

Semua ilmuwan Muslim hendaknya menjadi ulul albab dalam rangka mengejar ketinggalannya dalam bidang iptek dari negara-negara yang lebih dulu maju. Etos keilmuwan muslim sesungguhnya terletak pada karakter sang ulul albab ini, yang tajam daya pikirnya sekaligus kuat kemampuan zikirnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement