Selasa 20 Aug 2024 17:29 WIB

Ini Misi yang Mustahil Dicapai Israel di Gaza, dengan atau tanpa Berperang

Israel telah gagal mencapai tujuan utama perang di Gaza

Para pengunsi Palestina berjalan melarikan diri meninggalkan kota Khan Younis, di Jalur Gaza pada Senin (1/7/2024). Tentara Israel memerintahkan evakuasi massal kepada warga Palestina di Khan Younis. Diduga militer Israel akan melancarkan serangan darat baru di kota terbesar kedua di Jalur Gaza tersebut.
Foto:

Dihadapkan dengan kenyataan ini, yaitu semakin banyaknya tentara dan peralatan yang hilang, serta penolakan ratusan prajurit cadangan untuk bertempur di Gaza, pemerintah Israel telah meminta mahkamah agung untuk memerintahkan wajib militer bagi para siswa yeshiva ultra-Ortodoks untuk menjadi tentara.

Mereka sebelumnya dibebaskan dari wajib militer. Sekitar 1.000 orang diperkirakan akan mendaftar pada 5 Agustus, namun hanya 30 orang yang datang.

Seperti seorang penjudi yang putus asa dan kompulsif yang melakukan lemparan dadu terakhir, Netanyahu kemudian memutuskan untuk mengintensifkan pengeboman terhadap tempat-tempat penampungan Palestina di seluruh Gaza, dengan mengklaim bahwa kampanye serupa pernah dilakukan oleh Sekutu pada masa Perang Dunia Kedua.

Menurut logika yang diputarbalikkannya, perdana menteri Israel itu menganggap bahwa dengan membunuh lebih banyak warga sipil, hal ini akan menekan Hamas untuk menyerah atau bahkan memaksa warga sipil untuk bangkit melawan.

Apa yang gagal ia akui adalah bahwa setelah penghancuran 58 kota di Jerman, Hitler tidak menyerah dan rakyat Jerman juga tidak bangkit melawannya.Demikian juga, meskipun serangan Jerman di London dan kota-kota Inggris lainnya pada tahun 1940-1941 menewaskan sekitar 40 ribu orang, hal tersebut tidak memaksa rakyat Inggris untuk bangkit melawan Churchill.

Saat ini, tidak ada yang menunjukkan bahwa penduduk sipil Gaza akan mencari perlindungan ke Mesir atau bangkit melawan perlawanan yang dipimpin Hamas. Para elit penguasa Israel jelas tidak belajar dari invasi mereka ke Lebanon pada 1982.

Pada saat itu, tujuan mereka adalah untuk membasmi para pejuang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di negara tersebut. Pada akhirnya, mereka terseret ke dalam perang gesekan yang berlangsung selama dua dekade hingga akhirnya mereka diusir pada tahun 2000. Yang mereka capai adalah menciptakan kondisi bagi gerakan perlawanan, Hizbullah, untuk muncul dengan kemampuan militer yang tidak dimiliki oleh pasukan Palestina, baik dulu maupun sekarang.

Setelah belajar dengan cara yang sulit dari invasi mereka ke Afghanistan tahun 2001, pemerintahan Biden telah mencoba dengan sia-sia untuk menghalangi Netanyahu dari perang yang berlarut-larut di Gaza.

Bagi Amerika Serikat, apa yang dimulai sebagai operasi untuk mengalahkan Al-Qaeda akhirnya berubah menjadi operasi perubahan rezim dan kemudian pembangunan negara. Pada akhirnya, Amerika Serikat menghabiskan dua dekade berperang di Afghanistan dan tidak mencapai satu pun tujuannya.

BACA JUGA: Jubir Al-Qassam Abu Ubaidah: Yahya Sinwar Resmi Dibaiat, Bukti Hamas Kuat Semakin Solid

Perang Israel saat ini di Gaza memiliki kemiripan yang jelas dengan kesalahannya di Lebanon dan kegagalan Amerika di Afghanistan.

Gaza telah menjadi rawa yang telah diramalkan sebelumnya.Kekalahan 'mutlak' Hamas yang dijanjikan sepuluh bulan yang lalu terbukti lebih jauh dan sulit dari yang dibayangkan.Lebih buruk lagi, pilihan pengusiran dan pendudukan kembali juga tampaknya tidak mungkin tercapai.Dengan atau tanpa sebuah penyelesaian, Israel menghadapi sebuah misi yang mustahil di Gaza.

Sebelumnya, tentara...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement