Jumat 16 Aug 2024 14:40 WIB

Pesan Muhammadiyah di HUT Ke-79 RI Soroti Perjudian, LGBT dan Sekuler

Indonesia mengakui kebudayaan nasional dan daerah sebagai sumber mozaik luhur.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir menyampaikan pidato Kebangsaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Republik Indonesia (RI) yang disiarkan TVMu Channel pada Jumat (16/8/2024). Di dalam potongan pidatonya, Haedar menyoroti sekuler, perjudian dan Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT) 

Haedar mengatakan, Negara Republik Indonesia menjungjung tinggi dan mengakui agama serta kepemelukan agama sebagaimana termaktub dalam Pasal 29 UUD 1945. Artinya negara Indonesia tidak boleh memberi ruang dan mempraktikkan sistem kehidupan yang sekuler, anti agama, dan anti tuhan. 

Baca Juga

"Indonesia memang bukan negara agama, tetapi agama hidup dalam totalitas jiwa bangsa dan konstitusi Indonesia," kata Haedar dalam pidato Kebangsaan HUT Ke-79 RI, Jumat (16/8/2024).

Dalam pidatonya, Haedar mengutip pernyataan Presiden Pertama RI. Menurut Soekarno, bukan hanya bangsa, tetapi negara Indonesia haruslah bertuhan. Negara harus menjamin hak-hak dasar beragama. 

"Segala hal yang bertentangan dengan agama seperti perjudian, kebebasan dan pelecehan seksual, LGBT, dan berbagai tindakan kemaksiatan lainnya jangan dibiarkan tumbuh di Republik ini hatta atas nama hak asasi manusia," ujar Haedar.

Ia menyampaikan, umat beragama pun niscaya menjadi penyebar nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan etika luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat dan para pemimpin agama dipanggil menjadi penjaga nilai luhur dan keteladanan utama di dunia nyata.

Negara Indonesia juga mengakui kebudayaan nasional dan daerah sebagai sumber mozaik luhur kehidupan kolektif bangsa Indonesia. Pendidikan Indonesia dilekatkan dengan jiwa iman-taqwa dan akhlak mulia yang berbasis nilai agama serta menjunjung tinggi nilai budaya, ilmu pengetahuan, dan persatuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa untuk terwujudnya peradaban bangsa.

"Karenanya melalui nilai dasar Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa yang luhur maka seluruh warga bangsa dan para elitnya terbimbing kehidupannya dengan benar, baik, pantas, dan mulia. Di dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara hidup nilai moral dan etika luhur sehingga berindonesia tidak salah arah dan salah kaprah," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement