Selasa 13 Aug 2024 17:13 WIB

Saat Ekstremis Yahudi Bakar Masjid Al Aqsa, Ini yang Justru Diperbuat Muslim dan Kristen

Zionis Israel dan ekstremis Yahudi terus berupaya hancurkan Al-Aqsa

Rep: Fitrian Zamzami, Andri Saubani/ Red: Nashih Nashrullah
Kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
Foto:

Israel telah menduduki Tepi Barat Palestina, termasuk Yerusalem Timur, sejak 1967. Warga Palestina takut bahwa Israel pada akhirnya akan mencoba membongkar masjid tersebut dengan kuil Yahudi atau membagi tempat suci tersebut antara Muslim dan Yahudi berdasarkan waktu dan ruang yang tersedia. 

Pemukim dan pihak berwenang Israel telah lama berupaya mengubah Yerusalem Timur dari kawasan Muslim dan Kristen Palestina menjadi kawasan Yahudi. Ancaman terhadap kesucian Al-Aqsa adalah masalah besar bagi banyak warga Palestina dan Muslim di seluruh dunia.

Baca juga: Media Amerika Serikat Ungkap Hamas Justru Semakin Kuat, Bangun Kembali Kemampuan Tempur

Satu kelompok religius Israel seperti diberitakan oleh Middle East Eye, Rabu (7/8/2024) berlatih mempraktikkan ritual pengurbanan sapi merah, yang adalah simbol dari dimulainya proses pembangunan kuil Yahudi di lokasi berdirinya Masjid al-Aqsa saat ini.

Merujuk tradisi Yahudi, abu hasil pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam proses pemurnian sebagai syarat dibangunnya kuil di Yerusalem.

Kuil itu, menurut kepercayaan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di perbukitan di Kota Tua Yerusalem yang dikenal dengan Bukit Bait Suci di mana Masjid al-Aqsa dan Kubah Shakhrah alias Kubah Batu saat ini berdiri. Sebagian orang percaya rangkaian ritual pengurbanan sapi merah dan pembangunan kuil sebagai syarat kedatangan sang penyelamat atau messiah dan hari kiamat.

"Para jemaat kuil saat ini mempraktikkan the Mitzvah (kewajiban religius) dari sapi merah di depan Bukit Bait Suci, yang akan membuat kembalinya proses pemurniaan dan praktik dari semua peribadatan di kuil," ujar jurnalis, Yinon Magal pada Selasa (7/8/2024) lewat unggahan foto bergambar para aktivis dari Institut Kuil.

Selama bertahun-tahun, anggota dari komunitas Kuil Ketiga yang dikomandoi oleh Institut Kuil berbasis di Yerusalem, mencari seekor sapi merah yang sesuai dengan deskripsi Taurat.

Sapi merah yang sempurna tidak boleh memiliki cacat sedikitpun, dan tanpa sehelai rambut berwarna putih atau hitam di tubuhnya, hingga akhirnya pada 2022, lima sapi merah tiba di Israel dari Texas dan sekarang dikandangkan di sebuah taman arkeologi di Shilo, dekat wilayah kota Palestina, Nablus.

Pada akhir Maret 2024 lalu, puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo. Mereka berkumpul mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

Dalam kepercayaan bangsa Yahudi, sapi merah yang sempurna tidak pernah ada atau terlihat dalam 2.000 tahun terakhir. Tidak pernah ada sejak Kekaisaran Romawi menghancurkan Kuil Kedua yang diyakini pernah berdiri di lokasi Bukit Bait Suci, sekitar tahun 70 setelah Masehi.

Baca juga: Jubir Al-Qassam Abu Ubaidah: Yahya Sinwar Resmi Dibaiat, Bukti Hamas Kuat Semakin Solid

Atas dasar itu, beberapa aktivis Yahudi bersama pemeluk Kristen Evangelis di AS, yang meyakini pembangunan Kuil Ketiga akan menjadi syarat kedatangan kedua Yesus (Isa Almasih) dan perang besar (Armageddon), memutuskan untuk mengembangbiakkan sendiri sapi merah. Hingga pada akhir 2022, lima sapi merah yang dinilai menjanjikan dan sesuai kriteria tiba di Israel dari Texas.

Pada Januari 2024, juru bicara sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, membuat pidato yang menandai 100 hari serangan 7 Oktober.

Dalam pidatonya, ia menarik hubungan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivitas importasi sapi merah demi kepentingan pembangunan Kuil Ketiga. "(Aktivitas itu) menyerang perasaan bangsa Palestina," kata Abu Ubaidah.

 Menghidupkan kembali...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement