Rabu 07 Aug 2024 14:27 WIB

Munculnya Tokoh Hamas di Balik Serangan Topan al-Aqsa

Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai pimpinan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Yahya Sinwar.
Foto: AP/John Minchillo
Yahya Sinwar.

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar yang disebut sebagai arsitek di balik serangan 7 Oktober 2023 sebagai pemimpin.

Pemimpin terakhir Hamas, Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran bulan lalu, hal ini yang disebut Hamas sebagai "serangan berbahaya Zionis di kediamannya."

Baca Juga

Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan itu yang membuat Ismail Haniyeh terbunuh.

Dikutip dari laman Sky News, Rabu (7/8/2024), pengganti Haniyeh telah dipilih yaitu Yahya Sinwar, arsitek serangan yang menyebabkan militan Hamas memasuki Israel selatan, membunuh 1.200 orang dan menyandera 250 orang lainnya. 

Sebagai tanggapan, kampanye militer Israel sejauh ini telah membunuh hampir 40.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, dan meninggalkan daerah kantong yang padat penduduk itu dalam reruntuhan.

"Gerakan perlawanan Hamas mengumumkan pemilihan Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan Komandan Ismail Haniyeh yang telah wafat, semoga Allah merahmatinya," kata Hamas dalam sebuah pernyataan singkat.

Berita pengumuman tersebut disambut dengan rentetan roket dari Gaza dari militan yang masih bertempur di daerah kantong yang terkepung tersebut.

Hal itu terjadi saat Israel terus bersiap menghadapi tanggapan atas pembunuhan Haniyeh.

"Penunjukan tersebut berarti bahwa Israel perlu menghadapi Yahya Sinwar untuk mencari solusi bagi perang Gaza," kata seorang diplomat regional yang mengetahui pembicaraan yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar, yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan memulangkan 115 sandera Israel dan asing yang masih ditahan di daerah kantong tersebut.

"Ini adalah pesan tentang ketangguhan dan tanpa kompromi," mereka menambahkan.

Hizbullah, kelompok yang bermarkas di Lebanon dan berpihak pada Iran, mengucapkan selamat kepada Yahya Sinwar atas kemenangannya.

Yahya Sinwar telah menghabiskan separuh hidupnya di penjara Israel dan merupakan pemimpin Hamas paling berkuasa yang masih hidup setelah pembunuhan Haniyeh.

Ia bersembunyi di Gaza, menghindari upaya Israel yang terus-menerus untuk membunuhnya.

Pembunuhan Haniyeh juga membuat wilayah itu bergolak di ambang perang yang lebih luas karena Israel mengatakan telah membunuh para pemimpin senior Hamas lainnya termasuk wakil pemimpin Saleh al Arouri, yang terbunuh di Beirut, dan Mohammed Deif, komandan militer gerakan itu.

Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Yahya Sinwar bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023 dan bersumpah mereka akan terus memburunya.

"Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, yaitu di samping Mohammed Deif dan teroris 7 Oktober lainnya," kata Juru bicara militer Israel kepada televisi Al-Arabiya, menurut pernyataan yang dirilis oleh militer.

"Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan tuju untuknya," ujar Juru bicara militer Israel.

Hamas tampaknya bersatu dalam mendukung pilihan Sinwar karena Khaled Meshaal, mantan pemimpin yang dianggap sebagai salah satu calon penerus Haniyeh, disebut-sebut mendukung kepala suku yang bermarkas di Gaza tersebut.

Menurut sumber-sumber senior, Meshaal mendukung Sinwar dengan kesetiaan kepada Gaza dan rakyatnya.

Sinwar (61 tahun) lahir di kamp pengungsi di Khan Younis dan belajar bahasa Arab di Universitas Islam Gaza, yang didirikan pada tahun 1978 oleh dua orang yang kemudian mendirikan Hamas.

Selama di sana, ia menjadi dekat dengan ulama Sheikh Ahmed Yassin yang mendirikan Hamas pada tahun 1987 yang bermarkas di Gaza.

Pada tahun 2017, Sinwar terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza setelah mendapatkan reputasi sebagai penegak hukum yang tegas. Ia diduga menghukum sesama warga Palestina yang diduga bekerja sama dengan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement