Senin 05 Aug 2024 06:06 WIB

Coba Cari Kesalahan Alquran, Mualaf Lamaan Ball: Tuhan Jika Engkau Ada, Bimbinglah Aku

Mualaf Lamaan Ball memeluk Islam setelah melakukan pendalaman

Mualaf Lamaan Ball memeluk Islam setelah melakukan pendalaman.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Beberapa orang yang masuk Islam lebih suka menyebutnya sebagai pembalikan karena setiap orang dilahirkan dalam keadaan alamiah Islam, tunduk pada kehendak Allah, dan daripada berpaling dari sesuatu, mereka menyatakan bahwa menerima Islam berarti kembali ke keadaan asli manusia.

Dalam kasus Lamaan Ball, hal ini benar adanya. Dia menuturkan orang tuanyamasuk Islam tak lama sebelum dirinya lahir, namun karena Lamaan tidak dibesarkan dengan perasaan yang jelas bahwa harus menjadi seorang Muslim, dia tidak menerima Islam sampai setelah menghabiskan beberapa waktu untuk mencari kebenaran.

Baca Juga

"Memang benar bahwa sebagai seorang anak saya ikut serta dalam praktik-praktik Islam mereka seperti puasa Ramadhan, tetapi setelah ayah saya meninggal (saat saya berusia lima tahun), ibu saya mengizinkan saya sejak usia 13 tahun untuk tidak ikut shalat jika saya tidak menginginkannya. Dalam pikiran saya, saya menunggu sampai saya cukup dewasa untuk memutuskan agama mana yang akan saya pilih,” kata dia, sebagaimana dikutip dari Islamonline, Senin (5/8/2024).

Lamaan mengisahkan, pada usia 16 tahun, ibunya menikah lagi dengan orang Mesir dan mereka tinggal bersama mereka di London selama dua tahun. Saat itu dia merasa bahwa  harus bisa mengidentifikasi, menjelaskan dan membenarkan tujuan hidupnya.

Dia pun  mulai membaca buku-buku milik ayahnya tentang filsafat. Ada banyak buku, beberapa tentang prinsip-prinsip logika, yang lain tentang bahasa dan makna, dan lain--lain. Pendekatan yang ditempuhnya adalah membaca sebuah buku sampai merasa bahwa dia tidak dapat lagi menerima apa yang diusulkannya.

Hal ini membuat Lamaan meletakkan banyak buku yang belum selesai dibaca. Dia terutama ingat sebuah buku berjudul "Teach Yourself Philosophy", yang dimulai dengan mengatakan bahwa studi filsafat tidak berharap untuk menemukan jawaban apa pun, tetapi melalui buku ini dapat menikmati mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan.

“Saya benar-benar tidak berpikir bahwa sikap ini adalah cara yang sehat untuk membantu saya mencari kebenaran,” ujar dia.

Setelah membaca dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang Islam kepada orang lain, Lamaan menemukan bahwa tidak dapat menemukan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dibenaknya.

Filosofi hidupnya mulai terbentuk dan dia menyimpulkan bahwa dirinya adalah seorang agnostik yang yakin bahwa tujuan hidupnya adalah melanjutkan proses penemuan alam semesta.

Hingga usia 21 tahun, Lamaan mengikuti filosofi ini dengan tulus. Pada saat itu, ketika  belajar di University of Manchester, motivasinya mulai goyah. Dia mendapati dirinya, meskipun yakin akan keakuratan refleksi tentang bagaimana dunia ini dan bagaimana kehidupan ini, tidak dapat menerjemahkannya menjadi motivasi untuk bertindak.

“Hidup terasa lebih mudah jika saya mengikuti kerumunan orang dalam berbagai pengejaran kesenangan. Jadi bagaimana jika tujuan hidup adalah untuk belajar? Mengapa saya harus bekerja untuk itu? Ketika motivasi saya surut, begitu pula dengan hasil akademis saya. Jadi pada liburan musim panas, saya memutuskan untuk meninjau kembali filosofi hidup saya,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement