REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Betapa besar kemuliaan orang-orang yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad SAW dan pernah menjumpainya serta menyatakan beriman kepadanya. Bagaimanapun besar dosa dan kerusakan yang mereka lakukan pada masa pra-Islam, agama ini menyambutnya dengan terbuka. Seorang yang mualaf laksana bayi yang baru lahir ke dunia, kembali kepada fitrahnya dalam keadaan suci.
Hal itulah yang terjadi pada Abu Sufyan bin al-Harits (bedakan dari Abu Sufyan bin Harb). Awalnya, dia merupakan dedengkot kaum musyrikin Makkah. Dia juga orang dekat Abu Lahab, "Firaun-nya umat zaman Nabi SAW."
Bahkan, Rasulullah SAW pernah mengimbau kaum Muslimin agar dapat membunuhnya. Sebab, yang bersangkutan sudah sering membuat onar, memerangi Islam, dan mengucapkan kata-kata yang menghina risalah tauhid ini.
Dalam Perang Badar, Abu Sufyan tampil terdepan untuk memukul mundur barisan Muslimin. Apa daya, pasukan musyrikin Quraisy justru kocar-kacir menghadapai sekira 313 pasukan Muslimin.
"Kami berhadapan dengan orang-orang yang berpakaian serba putih. Mereka mengendarai kuda hitam (berwarna) belang putih. Mereka menyerbu dari langit dan bumi. Tidak serupa dengan satu pun yang pernah kita lihat. Mereka pun tidak terhalangi apa pun," tutur Abu Sufyan bin al-Harits saat ditanya Abu Lahab tentang keadaan pasukan di Badar.
Saat itu, keyakinannya masih musyrik. Abu Sufyan belum tahu, itulah pasukan malaikat yang menolong Rasul-Nya dalam menumpas balatentara kafir musyrikin.
Tahun demi tahun silih berganti. Sesudah hijrah ke Yastrib (Madinah), posisi umat Islam kian jaya. Tinggal menunggu waktu, maka Makkah akan dikepung dan dikuasai pasukan Muslimin.
View this post on Instagram