REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah ini terjadi pada masa ketika Nabi Muhammad SAW belum berhijrah. Kala itu, Rasulullah SAW menyebarkan risalah Islam kepada penduduk Makkah dan sekitar.
Salah satu daerah yang beliau hampiri adalah Thaif. Nabi SAW berdakwah di sana dengan penuh kesabaran dan santun.
Namun, penduduk lokal justru bersikap sangat kasar kepada beliau. Bahkan, Rasul SAW dilempari batu dan dicaci-maki. Sang Khatam al-anbiya pun pergi keluar dari Thaif dengan keadaan kaki dan tubuh penuh luka.
Pada saat itulah, datang malaikat penjaga gunung sekitar Thaif. Kepada Nabi SAW, makhluk itu berkata, "Wahai Muhammad! Angkatlah tanganmu ke langit, dan mintalah kepada Allah agar penduduk Thaif ditimpa azab. Demi Allah, aku ingin sekali melempar gunung ini kepada mereka karena tidak tega melihat engkau diperlakukan sedemikian buruk!"
Alih-alih begitu, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah agar kiranya hidayah Illahi melunakkan hati mereka. "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap padakehendak Allah. Semoga kelak keturunan mereka akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya,” kata beliau kepada pendampingnya, Zaid. Kalimat ini tentunya juga didengar si malaikat penjaga gunung.
Nabi SAW dan Zaid merasa lelah sesudah berjalan menjauh dari perbatasan Thaif. Tampaklah oleh mereka sebuah lahan perkebunan di depan. Keduanya lalu mendekati kebun anggur itu, yang belakangan diketahui adalah milik Utbah dan Syaibah, yakni anak-anak Rabi'ah.
Utbah dan Syaibah melihat kedatangan Muhammad SAW dan Zaid. Timbul rasa iba mereka kepada tamu di kebunnya itu. Para putra Rabi'ah ini lantas mengirimkan budaknya yang bernama Abbas kepada Rasul SAW dan Zaid, yang sedang berteduh di bawah pohon.
"Bawalah sekantong anggur ini, dan berikan kepada mereka," kata Utbah kepada si budak.
Sesampainya di tempat Nabi SAW dan Zaid berteduh, Addas pun memberikan amanat tuannya itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Rasulullah SAW bersiap memakan buah anggur itu. Terlebih dahulu, beliau mengucapkan “Bismillah.”
Terkejutlah Addas mendengar kata-kata itu. "Belum pernah ada penduduk sini yang mengucapkan kalimat demikian," gumam budak ini.
“Siapa namamu?” tanya Nabi SAW.
“Addas.”