Selasa 16 Jul 2024 06:46 WIB

Lima Cendikiawan Nahdliyin Temui Presiden Israel, Senator: tak Patuh Kebijakan Indonesia

Indonesia memiliki posisi yang jelas dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Beredar foto lima warga Nahdliyin bertemu Presiden Israel Isaac Harzog
Foto: Istimewa
Beredar foto lima warga Nahdliyin bertemu Presiden Israel Isaac Harzog

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dailami Firdaus mengecam tindakan lima intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) yang menemui Presiden Israel Isaac Herzog. Apalagi, saat ini rakyat Palestina masih terus mengalami penderitaan atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel.

Dailami mengatakan, pemerintah Indonesia sudah secara tegas mengutuk tindakan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Menurut dia, Indonesia memiliki posisi yang jelas dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Di sisi lain, terdapat sejumlah aktivis Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, bertemu dan berfoto dengan Presiden Israel. 

Baca Juga

"Kelima oknum yang dikenal sebagai aktivis Nahdlatul Ulama ini jelas melukai perasaan kita semua. Saya sangat miris," kata senator asal DKI Jakarta itu melalui keterangannya, Senin (15/7/2024).

Ia meminta pemerintah maupun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dapat mengambil tindakan tegas dan memberikan sanksi kepada kelima orang itu. Pasalnya, lima orang itu dinilai tidak patuh dengan kebijakan Indonesia.

Menurut Dailami, sanksi tegas harus diberikan untuk mencegah hal serupa kembali terulang. Sebab, sebagai umat Islam, sudah semestinya para Nahdliyin berpihak kepada sesama muslim.

"Saat ini sudah menggema gerakan All Eyes on Rafah sebagai bentuk perlawanan kepada kejahatan dan kekejaman Israel. Apa sebab mereka sebagai sesama muslim sampai tidak punya empati?" kata dia.

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Parlemen DPD RI itu juga mengajak umat Islam di Indonesia terus bahu-membahu membantu dan tidak menyakiti rakyat Palestina. Ia juga meminta semua pihak tidak lupa atas sejarah, di mana Palestina disebut memiliki andil terhadap kemerdekaan Indonesia. 

"Saya minta semua jangan lupa sejarah, Palestina adalah yang kali pertama mengakui kedaulatan Republik Indonesia saat masa penjajahan. Pada 6 September 1944, Mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini menyampaikan kepada dunia terkait dukungan terbuka atas kemerdekaan Indonesia," kata dia.

Sebelumnya, Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrur Rozi menyatakan PBNU tidak mengetahui kunjungan tersebut dan sama sekali tidak mewakili institusi PBNU. Dia menegaskan delegasi tersebut tidak ada kaitannya dengan NU.

“Saya tidak kenal, jelas liar sekali (kunjungan mereka),” kata dia, kepada Republika.co.id, Ahad (14/7/2024).

Dalam foto yang diterima Republika, para intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut di antaranya, Gus Syukron, Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Mereka bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.

Dalam sebuah postingan pada akun Istagram bernama zenmaarif yang diduga millik Zainul Maarif, ia menuliskan penjelasannya berkunjung ke Israel menemui Presiden Israel."Berbincang langsung dengan Presiden Israel," tulis akun IG Zenmaarif.

"Saya bukan demonstran melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan."

 

 

sumber : Dok Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement