Kamis 11 Jul 2024 04:59 WIB

Cerdas Menghadapi Kematian

Rasulullah SAW mengajarkan cara cerdas dalam menghadapi perkara kematian

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi pada tiap diri manusia (ilustras)
Foto: Wikipedia
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi pada tiap diri manusia (ilustras)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surah Ali Imran ayat 145, Allah SWT berfirman, yang artinya, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya.” Dengan demikian, kehidupan dan kematian pun telah ditetapkan oleh-Nya.

Apabila kelahiran selalu dirayakan dengan penuh kebahagiaan, kematian diiringi tangis kesedihan. Mungkin bukan sehari atau dua hari, melainkan berbulan atau bahkan bertahun-tahun.

Baca Juga

Jangankan kita manusia biasa. Nabi Muhammad SAW sempat menitikkan air mata saat istri tercinta, Khadijah binti Khuwailid, meninggal dunia.

Begitu pula ketika paman terkasih yang selalu melindunginya, Abu Thalib, meninggal saat perjuangan menegakkan Islam masih berat. Baginda Rasul pun sangat bersedih.

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, bersedih itu boleh, tetapi sewajarnya saja. Jangan meratapi terus-menerus sehingga semangat hidup hilang dan berputus asa.

Ingatlah, setiap Muslim harus beriman kepada ketetapan Allah untuk setiap makhluk-Nya (qada/qadar). Kekuatan imanlah yang menguatkan kita. Menyadarkan kita bahwa segala yang ada dalam kehidupan dunia ini hanyalah titipan. Segalanya adalah amanah Tuhan, yang kapan saja bila Dia berkehendak, akan pergi dari kita.

Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 78, artinya, "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” Kematian sangatlah menakutkan bagi mereka yang banyak dosa dan senang menunda-nunda bertobat nasuha.

Dalam Alquran surah al-Jumu’ah ayat 7 dinyatakan, artinya, “Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.”

Namun, bagi orang beriman, kematian sangatlah membahagiakan. Sebab, itulah awal dibukanya pintu untuk bertemu dengan Yang Maha Penyayang. Bagi orang-orang yang ditinggalkan almarhum atau almarhumah, ada banyak hikmah dan hidayah dari-Nya apabila mereka sanggup menangkapnya.

Ketika ikhlas menghiasi jiwa, petunjuk Tuhan akan dengan mudah diterima. Kekuatan jiwa untuk menerima ujian semakin meningkat dan kualitas ibadah akan semakin baik.

Maka dari itu, Rasulullah SAW mengajarkan cara cerdas menghadapi kematian. Seorang sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas?”

Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas (HR Ibnu Majah, Thabrani dan al-Haitsami). 

sumber : Hikmah Republika oleh Iu Rusliana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement